
Rupiah Melesat 1% Lebih Sepanjang Agustus, Terbaik di Asia?

Sepanjang Agustus rupiah menguat 1,35%, tetapi sebesar 1,05% diraih dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Sebelumnya, hari Jumat pekan lalu, rupiah memang tertekan sebab isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral AS (The Fed) sedang "panas". Tidak sekedar isu, risalah rapat kebijakan moneter The Fed bulan Juli menunjukkan tapering bisa dilakukan di tahun ini.
Situasi tersebut menjadi tidak menguntungkan bagi rupiah. Tapering pernah terjadi di tahun 2013 dan hasilnya tidak baik bagi pasar finansial global. Saat itu terjadi, aliran modal keluar dari negara emerging market dan kembali ke Amerika Serikat. Pasar finansial global menjadi bergejolak, yang disebut taper tantrum. Rupiah saat it uterus mengalami tekanan hingga di tahun 2015.
Tetapi, situasi berubah pasca simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan sepakat dengan mayoritas koleganya jika tapering "akan tepat dilakukan di tahun ini"
Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespon penyataan tersebut, yang berarti direspon positif oleh pelaku pasar.
Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikan tapering dengan pasar efektif meredam taper tantrum yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013.
Selain itu, The Fed juga menyatakan saat tapering selesai artinya sudah tidak ada lagi QE, hal tersebut bukan berarti langkah The Fed selanjutnya akan menaikkan suku bunga.
"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.
Artinya, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di rekor terendah 0,25% dalam beberapa waktu ke depan setelah QE selesai. Hal tersebut lagi-lagi memberikan sentimen positif ke aset-aset berisiko.
Aliran modal pun kembali masuk ke Indonesia, yang membuat rupiah perkasa. Hal tersebut terindikasi dari penurunan yield obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) tenor 10 tahun yang turun 11 basis poin ke 6,056% sejak awal pelan hingga sore ini.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun artinya harga naik. Saat harga naik artinya ada aksi beli, dan kemungkinan besar oleh investor asing yang ingin mendapatkan imbal hasil tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]