Agung Podomoro Catat Penjualan Rp 1,55 T di Semester I-2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten properti yang didirikan keluarga Trihatma Kusuma Haliman, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan pendapatan Rp 1,55 triliun di semester I-2021, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di mana pendapatan perusahaan tercatat Rp 1,72 triliun.
Penurunan paling dalam terjadi di segmen penjualan apartemen, yang mana tahun lalu perusahaan mampu menghasilkan Rp 991,08 miliar, kini angka itu menciut hampir setengahnya menjadi Rp 554,30 miliar.
Sedangkan penjualan rumah hunian mengalami kenaikan fantastis dari semula hanya menyumbang Rp 34,38 miliar kini bertambah lebih dari sepuluh kali lipat menjadi Rp 421,59 miliar. Sementara itu pendapatan sewa tercatat turun dan pendapatan hotel mengalami peningkatan.
Meski pendapatan perusahaan turun, beban pokok penjualan dan beban langsung malah meningkat menjadi Rp 991,67 miliar dari semula Rp 871,04 miliar.
Sementara itu biaya lainnya seperti beban penjualan, beban umum dan administrasi serta beban bunga dan keuangan juga mengalami kenaikan tipis dari periode Juni 2020.
Gagalnya perusahaan menggenjot pendapatan dari penjualan serta penghematan beban-beban terkait yang tidak mampu dieksekusi secara efektif menyebabkan kerugian perusahaan meningkat tajam pada semester pertama tahun ini.
Aset perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp 30,28 triliun dari semula Rp 30,39 triliun pada akhir Desember tahun lalu. Liabilitas perusahaan naik tipis menjadi Rp 19,35 triliun dari sebelumnya sejumlah Rp 19,04 triliun.
Alhasil ekuitas perusahaan tercatat turun tipis dari sebelumnya senilai Rp 11,35 triliun, kini berkurang menjadi Rp 10,93 triliun.
Bulan lalu lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investor Service memutuskan untuk memangkas peringkat utang dari perusahaan properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi Caa1 dengan outlook negatif (Caa1-).
Peringkat Caa1 APLN mencerminkan ekspektasi bahwa likuiditas perseroan masih lemah pada 2021 dan 2022, karena perusahaan bergantung pada penjualan aset dan pendanaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.
Struktur modal APL juga tidak berkelanjutan, seperti yang ditunjukkan oleh leveragenya yang tinggi.
Pada perdagangan sesi II Senin (30/8) pukul 13.40 WIB di pasar modal, saham APLN tercatat stagnan di level Rp 123 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 2,79 triliun. Dalam sepekan saham ini telah turun 1,60%, selama sebulan terakhir melemah 6,11% dan sejak awal tahun harganya telah terkoreksi 34,04%.
(hps/hps)