"Raja Obligasi" Bicara Soal Emas, Mau Hancur atau Terbang?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat tajam pada perdagangan Jumat pekan lalu merespon pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) mengenai tapering. Penguatan emas sempat berlanjut pada hari ini, Senin (30/8/2021) sebelum akhirnya terkoreksi.
Investor ternama Jeffrey Gundlach yang dikenal sebagai "Raja Obligasi" juga memberikan pendapatnya terkait harga emas, serta memberikan proyeksi kemana arah ke depannya.
Melansir data Refinitiv, harga emas dunia meroket 1,37% Jumat lalu dan berlanjut 0,3% ke US$ 1.822/troy ons pagi ini yang merupakan level tertinggi sejak 4 Agustus lalu. Tetapi siang ini pukul 13:27 WIB, emas justru terkoreksi 0,13% ke US$ 1.814,39/troy ons.
Gundlach sang "Raja Obligasi" yang pendapatnya kerap dijadikan referensi pelaku pasar melihat harga emas akan terus menanjak. Tetapi Gundlach melihatnya dalam jangka panjang akibat dolar AS yang akan mengalami penurunan.
Menurutnya, penurunan dolar AS tidak bisa dihindari, sebab kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah AS, yang membuat utang menjadi membengkak. Ia memprediksi dolar AS setidaknya akan ambrol 25%.
"Keyakinan saya yang pertama adalah dalam beberapa tahun ke depan, saya tidak berbicara hitungan bukan sama sekali tetapi tahun, dolar AS akan terus mengalami penurunan," kata Gundlach pada Yahoo Finance.
Meski demikian, Gundlach mengatakan saat ini emas masih akan berhibernasi, alias tidak akan mengalami pergerakan besar.
"Penurunan dolar AS menjadi salah satu alasan kita akan memilih emas. Saya pikir harga emas akan naik sangat tajam, tetapi saat ini masih berhibernasi" tambahnya.
Pendapat Gundlach terlihat dari pergerakan emas hari ini yang terlihat kehilangan momentum penguatan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering Tahun Ini, Tetapi Emas Tetap Melesat
(pap/pap)