Rupiah Berakhir Stagnan di Rp 14.415/US$ Usai Bergerak Liar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 August 2021 15:25
Dollar-Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (27/8/2021), sebelum berakhir stagnan. Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar menanti pertemuan Jackson Hole hari ini, di sisi lain sentimen terhadap rupiah semakin membaik. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% ke Rp 14.420/US$. Setelahnya sempat terdepresiasi hingga 0,14% di Rp 14.435/US$ yang menjadi level terlemah hari ini, sebelum berbalik menguat 0,07% ke Rp 14.405/US$. Rupiah kemudian bolak balik antara penguatan dan pelemahan sebelum berakhir stagnan di Rp 14.415/US$. 

Pertemuan Jackson Hole kini menjadi perhatian pelaku pasar sebab ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering  atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.

Jika tapering dilakukan dalam waktu dekat, maka ada risiko aliran modal akan keluar dari negara emerging market seperti Indonesia, yang pada akhirnya menekan rupiah. Jika capital outflow tersebut terjadi secara masif di berbagai negara, maka berisiko memicu taper tantrum seperti tahun 2013, yang memicu gejolak di pasar finansial global.

Sebelum pertemuan tersebut berlangsung, beberapa pejabat elit The Fed sudah menyatakan dukungan agar tapering dilakukan di tahun ini.

"Kita kemungkinan tidak perlu lagi melakukan pembelian aset pada titik ini," kata presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard kepada CNBC International kemarin.

Bullard kembali menegaskan pilihannya untuk segara melakukan tapering QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan, dan mengakhiri program tersebut di awal tahun depan.

Ada lagi presiden The Fed wilayah Kansas City Ester George, kepada Fox Business mengatakan ia memperkirakan informasi detail mengenai tapering akan ada setelah rapat kebijakan moneter The Fed bulan September.

"Dengan inflasi yang kuat dan pemulihan pasar tenaga kerja yang diperkirakan berlanjut, ada peluang untuk mengurangi pembelian aset," kata George.

Ia juga lebih senang jika tapering dilakukan lebih cepat ketimbang mundur lagi.

Sementara presiden The Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan mengatakan The Fed seharusnya mengumumkan tapering pada bulan September, dan melakukannya di bulan Oktober atau tidak jauh dari pengumuman, dan diselesaikan dalam waktu 8 bulan.

Meski demikian, para pelaku pasar juga menanti sinyal dari ketua The Fed Jerome Powell saat pertemuan Jackson Hole nanti.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Terhadap Rupiah Makin Membaik

Sementara itu, sentimen pelaku pasar terhadap rupiah kembali membaik. Hal tersebut tercermin dari survei 2 mingguan Reuters, dimana posisi jual (short) yang semakin rendah. Dari 9 mata uang Asia yang disurvei, rupiah menjadi yang terbaik kedua.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

idr

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (26/8/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,18, membaik dibandingkan 2 pekan lalu 0,20.

Dari 9 mata uang, hanya rupee India yang posisinya sudah berbalik, dari short menjadi long. Data terbaru menunjukkan angka -0,08, jauh lebih baik dari sebelumnya 0,37. Rupiah berada di urutan kedua terbaik, sementara mata uang lainnya posisi short-nya masih cukup besar, bahkan ada yang mengalami peningkatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular