Efek Simposium Jackson Hole, Rupiah Melemah 2 Hari Beruntun!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2021 15:28
Federal Reserve Chair Jerome Powell removes his glasses as he listens to a question during a news conference after the Federal Open Market Committee meeting, Wednesday, Dec. 11, 2019, in Washington. The Federal Reserve is leaving its benchmark interest rate alone and signaling that it expects to keep low rates unchanged through next year. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (26/8/2021). Penyebabnya masih sama, kehati-hatian pelaku pasar jelang pertemuan Simposium Jackson Hole di Wyoming, Amerika Serikat Jumat besok.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1%, dan sempat membengkak hingga 0,21% ke Rp 14.425/US$.

Di akhir perdagangan, rupiah berada di Rp 14.415/US$, melemah 0,14% di pasar spot.

Pertemuan Jackson Hole di AS yang akan diadakan pada Jumat nanti menjadi perhatian pelaku pasar sebab ketua The Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana akan dilakukan.

Isu tapering mengalami pasang surut sejak pekan lalu. Risalah rapat kebijakan moneter The Fed edisi Juli yang dirilis pekan lalu menunjukkan peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut yang dirilis Kamis (19/8/2021) dini hari waktu Indonesia.

Pasar pun melihat Powell akan memberikan detail kapan tapering akan dilakukan saat pertemuan Jackson Hole besok.

Tetapi, ekspektasi tapering di tahun ini kembali meredup setelah Presiden bank sentral AS (The Fed) wilayah Dallas, Robert Kaplan, pada Jumat lalu mengatakan akan mempertimbangkan kembali tapering dalam waktu dekat jika penyebaran virus corona mengganggu pemulihan ekonomi AS.

Kaplan merupakan salah satu anggota The Fed yang hawkish atau pro pengetatan moneter.

Kini pelaku pasar terbelah, ada yang melihat tapering masih bisa dilakukan di tahun ini, sebagian lagi melihat baru akan dilakukan tahun depan.

"Kami pikir investor akan menunggu untuk mendengar tapering dari Jerome Powell pada hari Jumat, sebelum kembali masuk ke aset-aset berisiko lagi, dan menjual dolar AS," tulis ahli strategi dari ING dalam catatan kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Selasa (24/8/2021).

Meski demikian, investor tetap berhati-hati memegang rupiah. Maklum saja, saat tapering di tahun 2013 terjadi, aliran modal keluar dari Indonesia dan kembali ke Amerika Serikat, nilai tukar rupiah pun terpuruk.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular