
Isu Tapering Menguat, BI Mulai Siapkan Stress Test!

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan akan melakukan stress test dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, guna memitigasi adanya tekanan potensi di pasar keuangan tanah air.
Stress test tersebut, kata Destry dilakukan menyusul adanya rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengurangi stimulus moneter atau tapering off.
"Ke depan ada risiko rencana kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh The Fed. Kita sepakat akan melakukan stress test simulasi antisipasi tapering," ujarnya dalam rapat bersama Banggar DPR, Rabu (25/8/2021).
Selain risiko tapering off tersebut, stress test yang akan dilakukan oleh BI juga untuk mengantisipasi peningkatan varian Delta Covid-19 yang bisa memicu penurunan kepercayaan para investor.
Pasalnya, kata Destry pemulihan ekonomi di berbagai negara masih dibayangi oleh meluasnya varian delta pada Kuartal III-2021, sehingga menyebabkan perbaikan ekonomi di berbagai negara masih terbatas, seperti di India dan kawasan Asia.
"Dengan perkembangan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi global 2021 akan mencapai 5,8% dan akan berlanjut 4,3% pada 2022," jelas Destry.
Ketua Banggar DPR Said Abdullah sebelumnya menyarankan hal yang sama. Agar BI merespons lebih preemptive, melakukan mitigasi seluruh dampak tekanan pada pasar keuangan domestik.
"BI perlu memitigasi seluruh dampak tekanan pada pasar keuangan kita, bila perlu melakukan simulasi stress test secara intensif seberapa besar dampaknya atas efek arus modal keluar (capital outflow) dan tekanan terhadap kurs serta indeks harga saham gabungan (IHSG)," jelas Said dalam kesempatan yang sama.
Adapun, berdasarkan catatan BI, Sepanjang tahun 2021 (year to date) hingga 23 Agustus 2021, kata Destry aliran modal asing yang masuk atau inflow ke pasar keuangan domestik sebesar Rp 21 triliun. Sepanjang bulan Agustus (month to date) inflow di pasar keuangan domestik sebesar Rp 11,2 triliun.
Sebagai gambaran, melansir dari website resmi Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), stress test adalah metode untuk memperkirakan kerugian ekstrim yang mungkin terjadi dalam kondisi pasar yang tidak normal, dengan menghitung nilai portofolio menggunakan perubahan harga yang melebihi perubahan tertinggi yang digunakan dalam historical var (HsVar).
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi tekanan di pasar keuangan dikarenakan sentimen rencana pengetatan kebijakan moneter AS (tapering off).
Perry menjelaskan, tapering oleh the Fed akan berdampak pada peningkatan imbal hasil US Treasury sehingga akan mempengaruhi preferensi investor dalam melakukan portofolio investasinya di AS maupun negara berkembang.
Hal ini pun sempat terjadi pada bulan Februari, dikarenakan Amerika Serikat menggelontorkan insentif fiskal lebih besar dari perkiraan.
"Kita sudah melakukan strategi untuk mengantisipasi tapering the Fed, sudah dilakukan dari Februari," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8/2021).
Oleh karena itu, BI dan pemerintah diharuskan bisa menyeimbangkan perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri, terutama di portofolio investasi Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri.
Adapun, sejak awal 2021, BI sudah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebesar Rp 8,6 triliun dari sekitar Rp 11 triliun yang dilepas oleh investor asing, yang disebabkan oleh kenaikan imbal hasil US Treasury hingga ke level 1,8% hingga 1,9%.
Hal itu kemudian diantisipasi BI dengan segera melakukan intervensi sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu tinggi. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang juga sempat meningkat hingga 6,7% berhasil diturunkan hingga ke level 6,3%
"Ini sudah kita lakukan sejak awal tahun di BI, baik intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pembelian SBN dari pasar sekunder dalam hal investor asing melepas SBN-nya," ujarnya.
Perry optimistis dampak tapering Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve The Fed tidak akan sebesar dampak taper tantrum tahun 2013.
"Saya perlu tegaskan bahwa kebijakan tapering The Fed dampaknya terhadap global, emerging market terhadap Indonesia khususnya Insha Allah tidak akan sebesar Fed Taper Tantrum tahun 2013," tuturnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gubernur BI Pede Indonesia Siap Hadapi 'Hantu' Tapering!