Berkat BI, Kurs Dolar Singapura Turun ke Bawah Rp 10.600 Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 24/08/2021 11:10 WIB
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (24/8/2021) setelah dan kembali ke bawah Rp 10.600/SG$. Bank Indonesia (BI) yang membuka peluang kenaikan suku bunga di akhir tahun depan membuat rupiah menguat pada hari ini.

Pada pukul 10:27 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.595,34, dolar Singapura melemah 0,25% di pasar spot, melansir data dari Refintiv.

Gubernur BI, Perry Warjiyo pagi ini mengungkapkan peluang suku bunga akan dinaikkan pada akhir tahun depan. Sejak pandemi virus corona mendera Indonesia tahun lalu, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin (bps). Kini BI 7 Day Reverse Repo Rate berada di 3,5%, terendah sepanjang sejarah.


Namun MH Thamrin sudah mulai memikirkan mengenai kapan mengakhiri kebijakan moneter ekspansif. Jika data yang ada mendukung, maka bukan tidak mungkin suku bunga mulai dinaikkan pada akhir tahun depan.

"Sudah ada rencana exit policy dari BI dengan mengurangi likuiditas sedikit-sedikit. Baru kemungkinan akhir 2022 masalah suku bunga. Tentu saja ada data yang harus kita lihat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (24/8/2021).

Perry memperkirakan tekanan inflasi baru muncul pada 2023. Kondisi ini tentu menjadi ideal untuk menaikkan suku bunga.

"Tentu saja tambahan ekspansi moneter kemungkinan akan menambah tekanan inflasi. Bukan 2021 dan bukan 2022, BI sudah antisipasi kalau 2023 akan ada kenaikan inflasi," kata Perry.

Di sisi lain, tingginya inflasi juga membuat Otoritas Moneter Singapura (MAS) diperkirakan akan mengetatkan kebijakan moneternya.

Departemen Statistik Singapura kemarin melaporkan inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) tumbuh 2,5% year-on-year (YoY) di bulan Juli. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak November 2013 ketika tumbuh 2,6% YoY, serta lebih tinggi dari prediksi Wall Street Journal sebesar 2,3%.

Biaya transportasi tercatat tumbuh 9,6% YoY, kemudian makanan naik 1,1%, dan biaya utilitas 1,9% YoY.

Sementara itu inflasi inti, yang tidak memasukkan biaya transportasi dan akomodasi, tumbuh 1% YoY dari bulan sebelumnya yang naik 0,6% YoY, dan sesuai dengan prediksi Wall Street Journal.

Di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).

Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor