Analisis

Waspada! Rupiah Dalam Tekanan, Ada Peluang Lanjut Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2021 08:10
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,45% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.450/US$ sepanjang pekan lalu. Rupiah akhirnya membukukan pelemahan 2 pekan beruntun, bahkan sebelumnya sempat menyentuh level Rp 14.470/US$ yang merupakan level terlemah sepanjang Agustus.

Tetapi rilis risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Juli yang menunjukkan peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini membuat rupiah terus tertekan.

Inflasi di AS yang dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi, membuat mayoritas anggota dewan memilih tapering di tahun ini.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.

Sementara di pekan ini, perhatian tertuju pada pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat, yang akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial di dunia. Pertemuan tersebut berlangsung selama 3 hari mulai Kamis (26/8/2021), yang menjadi perhatian sekali lagi adalah seberapa besar tapering akan dilakukan di tahun ini.

Sementara itu dari dalam negeri, penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) terus menunjukkan penurunan dan mendekati 10.000 orang per hari. Kemarin, jumlah kasus baru dilaporkan sebanyak 12.408 orang, terendah sejak 16 Juni.

jkse

Sehingga ada kemungkinan akan ada pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) lebih lanjut. Apalagi melihat kasus di DKI Jakarta yang sudah menurun drastis.

Bahkan, berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, tidak ada wilayah di DKI Jakarta yang kini dikategorikan zona merah. Hal tersenbut tentunya membuka peluang penguatan rupiah di pekan ini. 

Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), dan MA 100, dan MA 200. Sehingga tekanan bagi rupiah kini semakin besar.

Apalagi indikator stochastic kini bergerak naik, setelah sebelumnya sempat mendekati wilayah jenuh jual (oversold). 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika rupiah yang disimbolkan USD/IDR mencapai wilayah oversold, maka ada kemungkinan berbalik naik, artinya rupiah melemah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.420/US$ yang merupakan MA 50 hingga Rp 14.400/US$ yang merupakan MA 100.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.500/US$ yang menjadi resisten terdekat, sekaligus kunci pergerakan di pekan ini. Jika resisten dilewati, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.560 hingga Rp 14.570/US$.

Sebaliknya, selama bertahan di bawah Rp 14.500/US$, rupiah memiliki peluang menguat menuju support Rp 14.400/US$. Jika dilewati, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.370/US$. Target penguatan selanjutnya di kisaran Rp 14.320 hingga Rp 14.300/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular