Dolar AS Berjaya, Rupiah dan Mata Uang Asia Tak Berdaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 August 2021 09:15
Ilustrasi Rupiah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sepanjang pekan ini. Dolar AS memang terlalu kuat dan berjaya di Asia.

Sepanjang minggu ini, rupiah melemah 0,45% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, rupiah ditutup di Rp 14.450/US$, terlemah sejak 30 Juli 2021.

kurs

Rupiah tidak sendiri karena hampir seluruh mata uang Asia tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya peso Filipina yang mampu membukukan penguatan secara mingguan, dan ringgit Malaysia di posisi stagnan. Sisanya tidak selamat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot minggu ini:

kurs

Halaman Selanjutnya --> Dolar AS Kelewat Perkasa

Apa boleh buat, dolar AS memang terlampau kuat. Pekan ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terapresiasi 1,02% secara point-to-point.

kurs

Adalah notula rapat (minutes of meeting) bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang melatarbelakangi keperkasaan mata uang Negeri Adikuasa. Dalam rapat edisi Juli 2021, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega semakin berani, tidak malu-malu lagi bicara soal pengetanan kebijakan alias tapering off.

Sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) melanda AS, The Fed memberlakukan kebijakan moneter ultra-longgar. Suku bunga dipangkas habis-habisan hingga mendekati 0% dan The Fed memborong surat berharga (quantitative easing) senilai US$ 120 miliar saban bulannya.

Namun seiring ekonomi AS yang semakin pulih, wacana pengetatan kebijakan semakin mengemuka. Ini terpampang nyata dalam notula rapat terbaru.

"Banyak peserta rapat yang menilai ada quantitative easing harus berakhir lebih dulu sebelum menentukan arah kebijakan suku bunga. Pasa saat yang sama, para peserta rapat menyatakan kenaikan suku bunga acuan maupun pengurangan pembelian aset akan sangat tergantung dari arah perekonomian. Sementara sejumlah peserta rapat menilai pengurangan quantitative easing bisa dimulai lebih cepat, tetapi diiringi dengan mitigasi terhadap risiko keketatan likuiditas di pasar keuangan," demikian papar notula The Fed.

Oleh karena itu, pelaku pasar meyakini tapering bakal dimulai pada tahun ini. Diawali dengan pengurangan quantitative easing dan berpuncak dengan kenaikan suku bunga acuan.

"The Fed akan memulai proses tapering pada akhir tahun ini bukanlah sebuah kejutan," ujar Vassili Serebriakov, FX Strategist di UBS yang berkedudukan di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pengurangan quantitative easing berarti pasokan dolar AS tidak akan lagi melimpah seperti sekarang. Seperti barang, saat pasokan berkurang pasti harga akan naik. Mata uang juga begitu, pasokan yang menurun membuat nilai tukarnya kian mahal.

Persepsi ini membuat investor memburu dolar AS, untuk jaga-jaga kalau nanti pasokannya berkurang. Ini membuat dolar AS berjaya di Asia, dan rupiah menjadi salah satu korbannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Ngamuk, Rekor Tertinggi 20 Tahun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular