Gak Cuma Tapering, Ini Masalah yang Ditakutkan Para Investor

Putra, CNBC Indonesia
Jumat, 20/08/2021 12:36 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di sesi pertama dengan apresiasi 0,31% ke level 6.011,05 pada perdagangan Jumat (20/8/21) jelang rilis data transaksi berjalan Indonesia.

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 8 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 57 miliar di pasar reguler.

Meskipun sukses melesat pada sesi pertama, sejatinya pasar sempat dibuka galau dan terkoreksi parah 0,9% pada awal perdagangan.


Berberapa hal yang masih ditakutkan oleh investor lokal adalah mengenai perkembangan tapering oleh The Fed yang ternyata datang lebih awal dari yang diantisipasi.

Risalah bank sentral AS, The Fed yang dirilis tadi malam menunjukkan peluang tapering atau pengurangan pembelian aset oleh The Fed di tahun ini, sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.

Meski demikian, risalah tersebut juga menunjukkan 'beberapa' anggota FOMC memilih untuk melakukantaperingdi awal tahun depan.

Nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan, dengan rincian US$ 80 miliar untuk pembelian obligasi pemerintah (Treasury) dan US$ 40 miliar untuk efek beragun aset KPR (Mortgage-Backed Security/MBS).

Dalam survei terbaru tersebut, The Fed akan mengurangi pembelian Treasury sebesar US$ 10 miliar, dan MBS sebesar US$ 5 miliar.

Selain ketakutan mengenai tapering, tren kasus Covid-19 di AS juga terus melesat. Keadaan pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) kian parah. Data pada Selasa (17/8/2021) menyebutkan bahwa Negeri Paman Sam kembali mencatatkan angka kematian di atas seribu kasus perhari.

Dalam data yang disajikanReutersRabu waktu AS, terdapat 1.107 kasus kematian akibat Covid-19. Ini berarti ada 42 orang yang meninggal tiap jam di negara itu.

Hal ini merupakan pertama kalinya terjadi sejak Maret 2021. Semenjak Februari, diketahui kasus AS mulai melandai akibat massifnya vaksinasi.

Namun masuknya varian Delta Juni lalu, membuat banyak warga yang enggan divaksin karena bukan keharusan di AS, terinfeksi. Saat ini dilaporkan bagaimana rumah sakit (RS) AS terus dibanjiri pasien rawat inap, hingga meningkat 70% dalam dua minggu terakhir.

Mengutip data yang sama, ini menjadikan AS mencatat total 623 ribu kematian karena Covid-19. Namun data Worlodmeters menyebut, angka kematian total sudah mencapai 641 kematian.

Kasus positif Covid-19 di AS memang terbilang tinggi saat ini. Bahkan, rata-rata infeksi mingguan mengalami kenaikan 1000% bila dibandingkan Juni lalu.

Mengutip data interaktif Covid-19 milik New York Times, pada akhir Juni lalu rata-rata kasus infeksi di Negeri Paman Sam masih berada di level 11 ribuan per minggunya. Namun saat ini rata-rata infeksi mingguan telah mencapai 141 ribu kasus perharinya.

Dari dalam negeri, kasus Covid-19 juga masih sulit dibendung. Kasus baru Covid-19 di Indonesia kembali meningkat hingga menembus 20.000 kasus dalam sehari, pada Kamis (19/8/2021). Selain itu, kasus kematian juga meningkat hingga hampir menembus 1.500 orang meninggal dalam sehari.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukan ada pertambahan 22.053 pasien Covid-19 dalam sehari. Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan dengan kemarin yang tercatat 15.768 pasien baru. Pertambahan ini membuat total kasus Covid-19 di RI selama pandemi menembus 3,930 juta kasus.

Sementara itu kasus kematian menembus 1.492 orang, meningkat dibandingkan kemarin yang tercatat 1.128 kasus. Pertambahan tersebut membuat akumulasi kasus kematian akibat Covid-19 di RI mencapai 122.633 orang. Jumlah ini membuat Indonesia masuk 10 besar dalam kasus kematian terbanyak di dunia.

Pada perdagangan hari ini sendiri dari dalam negeri, akan dilaporkan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kuartal II-2021. NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.

Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder. Keluar masuk devisa di pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial yang cepat datang dan pergi.

Sehingga transaksi berjalan akan memberikan dampak yang cukup besar ke pergerakan rupiah.

Pada kuartal III-2020 lalu, transaksi berjalan untuk pertama kalinya mencatat surplus dalam hampir satu dekade terakhir mengalami defisit hingga istilah CAD (current account deficit) melekat di benak pelaku pasar.

CAD sebenarnya menjadi "hantu" yang membayangi sejak kuartal IV-2011. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.

Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!