IHSG Sempat Rebound! Asing Ternyata Borong Saham-saham Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jumat, 20/08/2021 10:07 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing tercatat beramai-ramai masuk ke bursa domestik, seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound dan kembali ke level psikologis 6.000 pada awal perdagangan hari ini, Jumat (20/8/2021).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.45 WIB, IHSG menguat tipis 0,14% ke 6.000,873, setelah sempat anjlok ke 5.938,407 sesaat setelah bel pembukaan pasar berbunyi.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,91 triliun dan volume perdagangan mencapai 8,19 miliar saham. Asing mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 55,70 miliar di pasar reguler, sementara net buy asing Rp 91,61 miliar di pasar negosiasi dan tunai.


Tapi terbaru pukul 10.04 WIB, IHSG turun 0,03% di 5.990.

Ketika IHSG sempat zona hijau sebelum pukul 10.04 itu, berikut ini saham-saham yang paling banyak dibeli oleh asing:

  1. Bank Central Asia (BBCA), saham -0,38%, ke Rp 32.875, net buy Rp 42,4 M

  2. Tower Bersama Infrastructure (TBIG), +3,38%, ke Rp 3.060, net buy Rp 20,1 M

  3. Telkom Indonesia (TLKM), -0,59%, ke Rp 3.370, net buy Rp 8,5 M

  4. Elang Mahkota Teknologi (EMTK), +3,99%, ke Rp 1.955, net buy Rp 7,5 M

  5. Sarana Menara Nusantara (TOWR), +0,79%, ke Rp 1.280, net buy Rp 6,5 M.

Menurut data di atas, saham dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa BBCA menjadi yang paling banyak diborong asing, yakni sebesar Rp 42,4 miliar.

Namun, di tengah masuknya asing, saham BBCA malah terkoreksi 0,38%, setelah kemarin ditutup stagnan. Dalam sepekan, saham BBCA naik 4,44%, sementara dalam sebulan menguat 9,40%.

Di posisi kedua, saham emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga TBIG dibeli asing sebesar Rp 20,1 miliar. Seturut dengan itu, harga saham TBIG pun terangkat 3,38% ke Rp 3.060/saham, setelah kemarin merosot 1,00%.

Saham emiten telekomunikasi pelat merah TLKM juga ramai-ramai dikoleksi asing dengan nilai net buy Rp 8,5 miliar. Namun, saham TLKM turun 0,59%, melanjutkan koreksi pada perdagangan Kamis kemarin sebesar 0,88%.

Saat ini investor sedang menunggu rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kuartal II-2021. NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.

Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder. Keluar masuk devisa di pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial yang cepat datang dan pergi.

Sehingga transaksi berjalan akan memberikan dampak yang cukup besar ke pergerakan rupiah.

Pada kuartal III-2020 lalu, transaksi berjalan untuk pertama kalinya mencatat surplus dalam hampir satu dekade terakhir mengalami defisit hingga istilah CAD (current account deficit) melekat di benak pelaku pasar.

CAD sebenarnya menjadi "hantu" yang membayangi sejak kuartal IV-2011. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.

Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dividen Besar & Aksi Buyback, Saham TLKM Bakal Tembus 3.100?