Usai Jatuh, Harga Minyak Bangkit! Tapi Tak Bisa Banyak...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2021 08:35
Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pengendara motor mengatre untuk mengisi bahan bakar Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi ini. Koreksi harga yang sudah cukup dalam membuka peluang terjadinya technical rebound.

Pada Jumat (20/8/2021) pukul 07:12 WIB, harga minyak jenis brent tercatat US$ 66,64/barel. Naik 0,29% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet harganya US$ 63,99/barel. Bertambah 0,47%.

crude

Investor kembali melirik kontrak minyak setelah harganya turun tajam. Dalam seminggu terakhir, harga brent dan light sweet ambles masing-masing 5,45% dan 6,44% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga jatuh 7,6% dan 8,92%.

Meski demikian, technical rebound yang dialami si emas hitam tidak bisa terlalu tinggi. Sebab, ada sentimen negatif yang masih membayangi.

Sentimen itu adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama penyebaran varian delta yang lebih menular ketimbang sebelumnya. Lonjakan angka kasus positif di berbagai negara menyebabkan pembatasan kegiatan masyarakat kembali diketatkan, yang akan menurunkan permintaan energi.

"Kekhawatiran mengenai penurunan permintaan mendominasi pasar. Kenaikan kasus positif yang terjadi di seluruh dunia menjadi penyebabnya," Kata Naeem Aslam, Broker di Avatrade, seperti dikutip dari Reuters.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus corona varian delta akan lebih mudah menyerang di wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah. Oleh karena itu, Direktur WHO mendesak akan Johnson & Johnson, salah satu perusahaan penyedia vaksin anti-virus corona, memprioritaskan distribusi ke wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah, misalnya Afrika.

"Virus corona varian delta menyebar di wilayah dengan vaksinasi rendah. Selain itu, virus juga menyebar di lokasi dengan kesadaran sosial dan fasilitas kesehatan yang minim," kata Maria Von Kerkhove, Epidemiolog WHO, sebagaimana diwartakan Reuters.

Soumnya Swaminathan, Kepala Peneliti WHO, menyatakan vaksinasi akan berperang sangat penting dalam perjuangan melawan pandemi. Vaksin akan mengurangi risiko gejala berat bahkan kematian akibat virus corona varian delta.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular