Makin Murah, Kurs Dolar Singapura Kini Dekati Rp 10.530

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 19/08/2021 15:20 WIB
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (19/8/2021), harganya pun semakin murah.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi tadi melemah 0,23% ke Rp 10.534,42/SG$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 18 Februari lalu. Meski demikian, pelaku pasar masih menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) hari ini, membuat kurs dolar Singapura mampu memangkas pelemahan, dan stagnan di kisaran Rp 10.559,87/SG$ pada pukul 13:58 WIB.

BI hari ini diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.


Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menggelar RDG pada 18-19 Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan bertahan di 3,5%.

Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus memperkirakan suku bunga acuan bertahan. Semua sepakat bulat, aklamasi, tiada dissenting opinion.

Kali terakhir BI mengubah suku bunga acuan adalah Februari 2021, kala itu BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%, terendah sepanjang sejarah. Sejak saat itu, suku bunga acuan belum 'diutak-atik' lagi.

Yang akan menjadi perhatian bagaimana BI merespon kemungkinan tapering di tahun ini. Sebab amanat utama BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ini bisa dilakukan dengan menjaga suku bunga tetap kompetitif sehingga arus modal asing berkenan masuk ke Indonesia dan menjaga stabilitas rupiah.

Tapering merupakan pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed). Pernah terjadi pada tahun 2013, tapering memicu capital outflow dari negara emerging market seperti Indonesia, yang berisiko menekan rupiah.

Risalah rapat kebijakan moneter The Fed edisi Juli yang dirilis tadi malam menunjukkan peluang tapering di tahun ini, sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.

Sehingga, pelaku pasar akan menanti apakah BI sudah menyiapkan langkah-langkah guna meredam dampak buruk tapering.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor