Sumber Cuan! Emiten di Bursa Lagi Kesemsem Bisnis Ini: eSport

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
19 August 2021 09:15
Turnamen eSport Perebutkan Total Hadiah Rp2,4 Miliar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Mengutip Newzoo, kawasan Asia-Pasifik merupakan pasar game terbesar di dunia saat ini. Tahun lalu, pendapatan game di kawasan ini mencapai US$ 84,3 miliar atau setara dengan Rp 1.205 triliun, 48% dari total pasar global.

Angka ini berada di atas Amerika Utara (US$ 44,7 miliar atau 26%) dan Eropa (US$ 32,9 miliar atau 19%). Adapun secara global pendapatan game pada 2020 mencapai US$ 174,9 miliar atau setara Rp 2.502 triliun, tumbuh 19,6% secara tahunan.

Newzoo mengestimasi, sepanjang 2021 pendapatan di kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Utara masing-masing akan menyumbang sekitar 50% dan 24% dari total porsi pendapatan game global.

Sementara, China, dengan kontribusinya sebesar US$ 45,6 miliar, akan menjadi pemimpin di kawasan Asia Pasifik pada tahun ini.

Pada tahun lalu, pemain game secara global tumbuh 5,3% secara tahunan menjadi 2,7 miliar pemain game di kawasan Asia Pasifik mencapai 1,45 miliar atau 54% dari total pemain game secara global.

Sementara, pemain game di Amerika Utara tercatat mencapai 210 juta (8%), Amerika Latin 266 juta (10%), Eropa 386 juta (14%), dan Timur Tengah & Afrika 377 juta (14%).

Pada 2021, pemain game di kawasan Asia Pasifik akan mencapai 1,62 miliar dan menguasai 55% dari total pemain game secara global.

Adapun, secara global, pasar game diproyeksikan akan tumbuh sekitar 7,2% secara CAGR antara 2019 dan 2023 menjadi US$ 204,6 miliar atau sekitar Rp 2.925 triliun.

Pada tahun lalu, industri gaming didominasi oleh pemain mobile game, dengan mencakup 93% dari total pemain game secara global. Dengan pengguna internet yang mencapai 202,6 juta, Indonesia juga memiliki jumlah pemain mobile game yang tinggi.

Menurut daa Statista, pemain mobile game di Indonesia mencapai 50,8 juta pengguna pada 2020 dan diprediksi bisa mencapai 127,7 juta pengguna pada 2025.

Sayangnya hal itu tidak serta-merta diikuti dengan produk domestik yang hanya menguasai sekitar 0,4% pasar dalam negeri.

Fakta ini terungkap dalam buku yang berjudul "Peta Ekosistem Industri Game Indonesia". Buku ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kominfo, LIPI dan Asosiasi Game Indonesia.

Di dalam buku tersebut dibahas mengenai jumlah pengguna video game di dalam negeri berkembang sejalan dengan peningkatan pangsa pasar. Hal ini terjadi dalam lima tahun terakhir.

Menurut data dari buku tersebut, Indonesia sendiri menjadi pangsa pasar video game terbesar di Asia Tenggara. Sementara untuk dunia, Indonesia berada di peringkat ke-16.

"Hal tersebut menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi semua pemangku kepentingan dan pelaku industri dalam meningkatkan kontribusi domestik dalam perkembangannya," tulis tim penulis di buku itu.

Selain itu, disebutkan pula bahwa jumlah pengembang dan penerbit tidak meningkat secara signifikan.

Rentang 2016-2019, sebenarnya banyak perusahaan pengembang video game yang berdiri. Namun tidak sedikit yang akhirnya tutup, terutama yang bersifat independen.

Tercatat, perusahaan pengembang berbadan hukum atau kelas menengah-besar hanya berjumlah sekitar 30 saja. Sementara non-berbadan hukum lebih sedikit.

Tentu, ini merupakan tantangan sekaligus potensi besar bagi para perusahaan yang berminat terjun ke industri yang terhitung masih belia ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular