Analisis Teknikal

Tapering Bikin Geger & Wall Street Rontok, Bahaya untuk IHSG

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 19/08/2021 08:03 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 0,5% ke 6.118,15, setelah sebelumnya sempat merosot 0,78%. Aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri mampu mendongkrak kinerja IHSG.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,12 triliun di pasar reguler.

Namun, pada perdagangan Rabu (19/8/2021) risiko kemerosotan IHSG lebih besar, sebab bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street merosot 2 hari beruntun. Sebabnya, bank sentral AS (The Fed) yang membuka peluang tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE di tahun ini.


Risalah rapat kebijakan moneter The Fed edisi Juli yang dirilis tadi malam menunjukkan peluang tapering di tahun ini, sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.

"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.

Meski demikian, risalah tersebut juga menunjukkan 'beberapa' anggota FOMC memilih untuk melakukan tapering di awal tahun depan.

Tidak ada detail yang menyebutkan 'beberapa' itu artinya beberapa orang, tetapi jika melihat pernyataan lainnya 'sebagian besar partisipan' bisa diintepretasikan mayoritas anggota FOMC memilih melakukan tapering di tahun ini.

Sementara itu dari dalam negeri, ada bank Indonesia yang akan mengumumkan kebijakan moneter mulai pukul 14:00 WIB. Dampaknya baru akan terasa maksimal Jumat besok.

Yang akan menjadi perhatian bagaimana BI merespon kemungkinan tapering di tahun ini. Sebab amanat utama BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ini bisa dilakukan dengan menjaga suku bunga tetap kompetitif sehingga arus modal asing berkenan masuk ke Indonesia dan menjaga stabilitas rupiah.

Berkaca dari 2013 tapering memicu capital outflow dari negara emerging market seperti Indonesia, dan rupiah akhirnya tertekan dalam waktu yang cukup lama.

Stabilitas rupiah menjadi penting bagi investor asing, sebab risiko kerugian akibat kurs bisa diminimalisir, sehingga lebih nyaman berinvestasi. Sehingga, jika rupiah mengalami gejolak, pasar modal juga aakn terkena imbasnya, dan IHSG berisiko tertekan.

Secara teknikal, IHSG sekali lagi di tahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) dan MA 100 menjadi penahan penurunan IHSG pada pekan lalu. Artinya area tersebut di kisaran 6.065 hingga 6.035 menjadi support kuat.

IHSG juga tertahan batas bawah pola Ascending Triangle. Sehingga area tersebut semakin kuat sebagai support, yang bisa menahan penurunan IHSG, tetapi di sisi lain jika dijebol maka kemerosotan berisiko makin tajam.

Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Batas atas pola Ascending Triangle di kisaran 6.115 kembali menjadi resisten terdekat, IHSG kini berada di sekitar wilayah tersebut.

Jika mampu bertahan di atasnya, IHSG berpeluang ke 6.140 sampai 6.150.

Sementara jika tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko menguji kembali support kuat 6.065 hingga 6.035. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa IHSG turun lebih dalam menuju level psikologis 6.000 hingga MA 200 di kisaran 5.980.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed