
Tepat di Hari Kemerdekaan RI, Harga Batu Bara Anjlok 2% Lebih

Namun ke depan, harga batu bara masih berpotensi untuk naik lagi. Toby Hassall, Analis Refinitiv, menyebut ada sejumlah faktor yang bakal mendongkrak harga komoditas ini.
Pertama adalah harga gas alam yang juga naik. Sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd), harga gas alam sudah melonjak hampir 51% dan sekarang berada di US$ 3,83/MMBtu.
Harga gas yang mahal membuat batu bara kembali dilirik sebagai sumber energi primer pembangkit listrik. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik bertenaga batu bara pada 16 Agustus 2021 adalah EUR 40,24/MWh. Biaya pembangkitan dengan gas alam lebih mahal yaitu EUR 47,75/MWh.
"Kami memperkirakan harga pembangkitan listrik dengan gas alam tetap akan lebih mahal dibandingkan batu bara setidaknya sampai awal 2022. Ini memberi insentif untuk memilih batu bara," sebut Hassall dalam risetnya.
Alasan kedua, ekonomi dunia pulih dengan cepat setelah dihantam oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Kini sudah banyak negara yang 'lulus' dari ujian resesi, termasuk Indonesia.
Kebijakan fiskal dan moneter yang ultra-longgar akan membantu ekspansi ekonomi lebih lanjut. Pemulihan ini akan membuat permintaan listrik meningkat yang otomatis mendongkrak permintaan batu bara.
Ketiga, pertumbuhan pasokan belum bisa mengimbangi lonjakan permintaan. Pasokan masih akan terbatas karena dunia usaha dalam fase konsolidasi setelah terpukul akibat pandemi, sementara permintaan meningkat lebih cepat dari perkiraan.
"Peningkatan pasokan sepertinya masih akan terbatas. Ketatnya pasokan dan peningkatan permintaan akan mendorong harga batu bara, situasi ini mungkin masih akan bertahan dalam waktu dekat," demikian Hassall.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
