Melemah Lagi, Rupiah Masih Bertahan di Bawah Rp 14.400/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 August 2021 15:07
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (13/8/2021), tetapi masih mampu bertahan di bawah Rp 14.400/US$. Artinya, pelemahan rupiah tipis-tipis saja. Pelaku pasar masih menunggu kepastian kapan tapering akan diumumkan oleh bank sentral AS (The Fed).

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,03% ke Rp 14.375/US$. Setelahnya sempat menguat 0,16% ke Rp 14.357/US$, sebelum berbalik melemah hingga 0,07% ke Rp 14.490/US$.

Di akhir perdagangan rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,03% ke Rp 14.385/US$. Rupiah kemarin berakhir stagnan, tetapi sukses menghentikan pelemahan 4 hari beruntun, sehingga dalam 6 hari perdagangan terakhir rupiah tidak pernah menguat. 

Meski melemah, tetapi ada kabar bagus bagi rupiah. Sentimen pelaku pasar kini mulai membaik lagi, tercermin dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

dimana posisi jual (short) yang semakin rendah. Dari 9 mata uang yang disurvei, rupiah menjadi yang terbaik kedua.

idr

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (12/7/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,20, membaik dibandingkan 2 pekan lalu 0,27.

Dari 9 mata uang, hanya dolar Taiwan yang posisinya sudah berbalik, dari short menjadi long. Data terbaru menunjukkan angka -0,09, jauh lebih baik dari sebelumnya 0,36. Rupiah berada di urutan kedua terbaik, sementara mata uang lainnya posisi short-nya masih cukup besar, bahkan ada yang mengalami peningkatan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering Bisa Diumumkan Bulan Depan

Hasil polling terbaru yang dilakukan Reuters menunjukkan sebanyak 28 dari 43 analis memprediksi The Fed akan mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pada bulan September.

Nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan, dengan rincian US$ 80 miliar untuk pembelian obligasi pemerintah (Treasury) dan US$ 40 miliar untuk efek beragun aset KPR (Mortgage-Backed Security/MBS).

Sementara polling mengenai kapan tapering akan mulai dilakukan, sebanyak 26 dari 43 analis memprediksi pada kuartal I-2021. Sementara sisanya mengatakan tapering pertama akan dilakukan di kuartal IV-2021.

Jim O'Sullivan, kepala ahli strategi makro Amerika Serikat di TD Securities, tidak yakin The Fed akan mengumumkan tapering pada bulan depan. November dikatakan menjadi lebih masuk akal, sebab The Fed akan melihat perkembangan pasar tenaga kerja lebih lanjut.

"Saya tahu beberapa pejabat The Fed berusaha menekan agar pengumuman tapering dilakukan pada rapat kebijakan moneter bulan September, tetapi itu kemungkinan tidak terjadi," kata O'Sullivan, sebagaimana dilansir Reuters.

"November menjadi mungkin jika data tenaga kerja dalam 2 bulan ke depan menunjukkan perbaikan, bulan Desember sebenarnya lebih favorit sebagai pengumuman resmi," tambahnya.

Sementara itu dari pejabat elit The Fed juga berbeda pendapat.

Wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.

"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap," kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.

Pernyataan Clarida kemudian didukung rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan lebih lanjut.

Clarida juga melihat, The Fed akan menaikkan suku bunga pertama dua tahun depan.

Sementara itu Presiden Fed wilayah Kansas City, Esteher George, mengatakan standar untuk melakukan tapering sepertinya sudah tercapai dengan kenaikan inflasi saat ini serta pasar tenaga kerja yang sudah membaik.

Presiden Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan, dalam interview dengan CNBC International mengatakan The Fed seharusnya mengumumkan timeline tapering pada bulan Depan, dan mulai melakukan di bulan Oktober.

Pendapat berbeda diungkapkan Presiden The Fed wilayah Richmond, Thomas Barkin, mengatakan pasar tenaga kerja AS mungkin perlu waktu beberapa bulan lagi untuk pemulihan dan cukup bagi The Fed untuk mulai melakukan tapering.

"Kita sudah dekat... Saya tidak tahun kapan tepatnya. Ketika semua indikator mendekati target, saya sangat mendukung melakukan tapering dan kembali ke kebijakan moneter normal secepatnya saat perekonomian mendukung," kata Barkin, sebagaimana dilansir Reuters.

Alhasil, dolar AS menjadi naik turun, dan rupiah meski melemah tetapi masih tipis-tipis saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular