
Vaksinasi Lambat Bikin Dolar Australia Merana Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (12/8/2021), dan masih tertahan di bawah Rp 10.600/AU$. Penyakit akibat virus corona (Covid-19) menjadi salah satu penyebab buruknya kinerja dolar Australia.
Pada pukul 11:11 WIB, AU$ berada di Rp 10.595,18 dolar Australia melemah 0,05% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisi tersebut tidak jauh dari level terendah sejak Desember 2020 yang dicapai pada awal pekan ini.
Akibat penyebaran terbaru virus corona, beberapa negara bagian memperluas kebijakan lockdown, sehingga perekonomian Australia terancam melambat di kuartal III-2021, bahkan ada risiko kembali mengalami kontraksi.
Negara Bagian New South Wales mengumumkan memperluas lockdown di awal pekan ini. Kemudian Melbourne, kota terbesar kedua di Australia Rabu kemarin juga mengumumkan perpanjangan lockdown, padahal 6 Agustus lalu seharusnya berakhir.
Sementara itu, Richard Franulovich, kepala strategi valuta asing di Westpac, mengatakan lambatnya vaksinasi juga menjadi penyebab buruknya kinerja dolar Australia.
"Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mungkin membicarakan rebound perekonomian yang cepat ketika virus corona mampu diredam, tetapi dolar Australia terlihat dihukum akibat vaksinasi yang berjalan lambat, dan itu tidak akan berubah dalam waktu dekat," kata Franulovich, sebagaimana dilansir poundsterling live, Rabu (11/8/2021).
Hingga saat ini, hanya 18,52% warga Australia yang sudah mendapat vaksinasi penuh. Sementara yang baru menjadi satu kali suntikan sebanyak 17,7% dari total populasi, berdasarkan Our World in Data.
Vaksinasi yang dilakukan Indonesia sebenarnya jauh lebih lambat. Hingga saat ini baru 9,2% warga yang divaksin penuh, dan 9,72% baru mendapat dosis pertama.
Meski demikian, dolar Australia tampaknya yang lebih terpukul. Aliran modal yang masuk ke Indonesia menjadi salah satu penopang rupiah.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan sejak Kamis (29/8/2021) hingga Kamis (5/8/2021) pekan lalu di pasar obligasi aliran modal asing tercatat masuk sekitar Rp 11,57 triliun.
Hal tersebut terlihat dari kepemilikan asing yang naik menjadi Rp 976,41 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 964,84 triliun.
Kemudian di pasar primer, penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pemerintah pada 3 Agustus lalu sebesar Rp 107,8 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 95,6 triliun, sekaligus menjadi rekor tertinggi kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN.
Dari incoming bids tersebut, yang dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.
Selain itu, tingkat partisipasi investor asing juga meningkat di lelang kemarin, yakni sebesar 11,6% dari sebelumnya 7,6%. Tingginya minat terhadap obligasi Indonesia menjadi indikasi adanya aliran modal masuk ke dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini
