
Flight to Quality Makin Nyata, Apa Kabar Pasar Keuangan RI?

Obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) memiliki yield yang relatif lebih tinggi ketimbang negara-negara lainnya sesama emerging market, apalagi dibandingkan dengan negara maju.
Yield SBN tenor 10 tahun misalnya, berada di kisaran 6,345% hari ini, sementara yield obligasi (Treasury) AS tenor yang sama berada di kisaran 1,3135%, kemudian yield obligasi (Bund) Jerman bahkan minus 0,465%.
Tingginya, yield tersebut tentunya akan menarik bagi pelaku pasar. Tetapi, memang obligasi negara maju tentunya dianggap lebih baik dan lebih aman.
Seperti disebutkan sebelumnya, data dari Lipper juga menunjukkan, capital inflow ke reksa dana obligasi global sebesar US$ 14,6 miliar, mengalami peningkatan dua kali lipat. Detail data tersebut menunjukkan aliran ke reksa dana obligasi Eropa sebesar US$ 7,4 miliar, dan ke reksa dana obligasi AS sebesar 6,7 miliar. Reksa dana obligasi Asia juga dikatakan mengalami inflow meski kecil.
Di saat yang sama, pasar obligasi Indonesia juga mengalami capital inflow, yang menjadi pertanda masih menarik bagi investor global.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan sejak Kamis (29/8/2021) hingga Kamis (5/8/2021) pekan lalu di pasar obligasi aliran modal asing tercatat masuk sekitar Rp 11,57 triliun.
Hal tersebut terlihat dari kepemilikan asing yang naik menjadi Rp 976,41 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 964,84 triliun.
Kemudian di pasar primer, penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pemerintah pada 3 Agustus lalu sebesar Rp 107,8 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 95,6 triliun, sekaligus menjadi rekor tertinggi kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN.
Dari incoming bids tersebut, yang dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.
Selain itu, tingkat partisipasi investor asing juga meningkat di lelang kemarin, yakni sebesar 11,6% dari sebelumnya 7,6%. Tingginya minat terhadap obligasi Indonesia menjadi indikasi adanya aliran modal masuk ke dalam negeri.
Ketika aliran modal masuk ke pasar obligasi, nilai tukar rupiah juga berpeluang menguat atau setidaknya stabil.
Stabilitas rupiah penting bagi perekonomian Indonesia, sebab bisa menjaga inflasi agar tidak tinggi, serta daya beli masyarakat juga terjaga.
Selain itu stabilitas rupiah menjadi penting bagi investor global dalam mengalirkan modalnya ke pasar keuangan dalam negeri, termasuk ke pasar. Sebab ketika nilai tukar rupiah stabil, maka risiko kerugian kurs bisa ditekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]