Kalau Rupiah Tembus Rp 14.400/US$, Ini Biang Keroknya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Selasa (10/8/2021), hingga nyaris menembus Rp 14.400/US$.
Semakin banyaknya elite bank sentral AS (The Fed) yang mengindikasikan tapering akan dilakukan di tahun ini membuat dolar AS kembali perkasa.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.370/US$, kemudian melemah hingga 0,24% ke Rp 14.395/US$.
Rupiah masih sulit untuk berbalik menguat di sisa perdagangan hari ini, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. Bahkan kurs NDF siang ini sudah di atas Rp 14.400/US$ untuk tenor 1 pekan.
Periode | Kurs Pukul 8:50 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.393,30 | Rp14.412,7 |
1 Bulan | Rp14.421,00 | Rp14.448,0 |
2 Bulan | Rp14.470,00 | Rp14.499,0 |
3 Bulan | Rp14.525,00 | Rp14.559,0 |
6 Bulan | Rp14.683,00 | Rp14.717,0 |
9 Bulan | Rp14.813,00 | Rp14.859,0 |
1 Tahun | Rp15.011,80 | Rp15.029,8 |
2 Tahun | Rp15.644,60 | Rp15.683,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.
"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap (melakukan tapering)," kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dala wawancara bersama Washington Post.
Pernyataan Clarida kemudian didukung rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan lebih lanjut. Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.
Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.
Kemarin, giliran Presiden The Fed Atalanta, Raphael Bostic mengatakan ia melihat kemungkinan tapering dilakukan di kuartal IV-2020 atau sekitar bulan Oktober-Desember. Tetapi Bostic juga tidak menutup kemungkinan tapering terjadi lebih cepat jika data tenaga kerja AS menunjukkan kemajuan seperti di bulan Juli yang berkelanjutan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)