Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Malaysia hari ini libur memperingati Tahun Baru Hijriah. Oleh karena itu, kontrak minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pun tidak diperdagangkan.
Namun pelaku pasar tetap perlu bersiap untuk menyambut perdagangan yang kembali dibuka esok hari. Bagaimana proyeksi harga CPO?
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga CPO dalam waktu dekat masih berisiko untuk turun. Titik support berada di MYR 4.197/ton yang jika tertembus akan membawa harga ke MYR 4.105/ton.
 Sumber: Reuters |
Sementara titik resistance diperkirakan ada di MYR 4.251/ton. Penembusan di titik ini akan membawa harga naik ke kisaran MYR 4.312-4.383/ton.
Akan tetapi, sepertinya risiko koreksi lebih tinggi. Saat ini harga CPO sedang menjalani gelombang C yang bisa membawanya ke rentang MYR 3.936-4.116/ton.
 Sumber: Reuters |
Halaman Selanjutnya --> Pandemi Masih Membebani
Salah satu sentimen yang menjadi pemberat harga CPO adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Di sejumlah negara konsumen utama, pandemi yang kembali 'menggila' membuat prospek permintaan menjadi samar-samar.
Misalnya di India. Per 9 Agustus 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif adalah 31.969.954 orang. Bertambah 35.499 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, pasien positif rata-rata bertambah 39.907 orang dalam sehari. Lebih banyak ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 38.349 orang setiap harinya.
Oleh karena itu, urusan pandemi di Negeri Bollywood masih jauh dari kata terkendali. Memang sudah jauh membaik dibandingkan beberapa bulan lalu, tetapi masih mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, pemerintah India masih memberlakukan pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Apalagi bulan ini akan ada perayaan Hari Diwali, yang sangat berpotensi menciptakan kerumunan.
"Dewan Riset Kesehatan India (ICMR) khawatir terhadap risiko kerumunan untuk merayakan Hari Diwali yang bisa menciptakan super-spreader. Ini sangat mungkin menyebabkan lonjakan kasus positif Covid-19," tegas Rajesh Bhushan, Menteri Kesehatan India, sebagaimana diwartakan Reuters.
Pemerintah India meminta otoritas lokal untuk memperketat pergerakan masyarakat. Untuk saat ini, pemerintah masih sangat berhati-hati dalam menlonggarkan pembatasan.
Pembatasan aktivitas dan moblitas publik akan membuat permintaan di India turun, termasuk CPO. Padahal India adalah importir CPO terbesar dunia.
Kementerian Pertanian AS melaporkan, impor CPO India pada 2019 mencapai 8,3 juta ton. Jauh melampaui China di urutan kedua dengan 7,2 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA