Bisik-Bisik Tapering Muncul Lagi, Rupiah Jadi Sulit Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 August 2021 16:30
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Aksi profit taking yang menerpa rupiah juga tak lepas dari kehati-hatian pelaku pasar jelang rilis data tenaga kerja AS malam ini.

Data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan The Fed dalam melakukan tapering. Hasil polling yang dilakukan Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS di bulan Juni turun menjadi 5,7% dari bulan sebelumnya 5,9%. Sementara perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 880.000 orang, lebih tinggi dari bulan Mei 850.000 orang.

Namun, data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang dirilis Rabu lalu mengecewakan. ADP kemarin melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap 330.000 tenaga kerja, turun lebih dari setengah dari bulan sebelumnya 680.000 tenaga kerja, serta jauh di bawah prediksi kenaikan menjadi 695.000 tenaga kerja.

Data ADP kerap dijadikan acuan rilis data tenaga kerja versi pemerintah, sehingga ada kemungkinan juga sama mengecewakan.

Dolar seharusnnya tertekan, tetapi pernyataan anggota The Fed membuat the greenback bertenaga lagi 2 hari terakhir.

"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap," kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.

Clarida memperkirakan The Fed akan mulai mengurangi quantitative easing pada akhir tahun ini. Namun suku bunga acuan mungkin masih akan bertahan rendah hingga tercapai kondisi penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

"Saya menilai kondisi untuk menaikkan suku bunga acuan baru akan tercapai pada akhir 2022. Jadi normalisasi kebijakan pada 2023 adalah sesuatu yang konsisten dengan target kami," lanjut Clarida.

Sebelumnya, Presiden The Fed Dallas Robet Kaplan juga berpendapat bahwa pengurangan quantitative easing bisa dilakukan dengan segera. Demikian pula menurut James Bullard, Presiden The Fed St Louis.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular