Harga Emas Turun Lagi, Lagi, dan Lagi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2021 07:00
Investment Emas Batangan 50 Gram di Beijing, China, 5 Agustus 2019 (REUTERS/Jason Lee)
Ilustrasi Emas Batangan (REUTERS/Jason Lee)

Dalam waktu dekat, sentimen yang akan menggerakkan harga emas adalah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS). Malam nanti waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkan angka pembukaan lapangan kerja non-pertanian dan tingkat pengangguran periode Juli 2021.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam menciptakan 870.000 lapangan kerja bulan lalu. Lebih tinggi dibandingkan Juni 2021 yaitu 850.000.

Perbaikan yang terus terjadi di pasar tenaga kerja akan membuat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) semakin mantap dalam melakukan pengetatan kebijakan atau tapering off. Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, melihat kebutuhan pengetatan kebijakan sudah semakin mendesak.

"Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap," kata Clarida dalam wawancara bersama Washington Post.

Pengetatan kebijakan moneter akan membuat dolar AS di atas angin. Saat The Fed mengurangi pembelian aset (quantitative easing), maka pasokan dolar AS akan berkurang sehingga nilai tukarnya menguat.

Penguatan dolar AS adalah kabar buruk baut harga emas. Sebab, emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS.

Begitu dolar AS terapresiasi, harga emas akan lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.

"Harga emas sedang rentan terhadap downside risk. Kami memperkirakan data tenaga kerja akan kuat, sehingga harga emas bisa turun lagi," kata Daniel Ghali, Commodity Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular