
Buka-bukaan Bos BI Soal Pentingnya RI Tinggalkan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pemulihan ekonomi sudah seharusnya dibarengi dengan penggunaan sepenuhnya mata uang rupiah dalam perdagangan Internasional. Tidak seperti dulu yang bergantung terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 berhasil tumbuh 7,07% yang artinya sudah tak lagi di zona resesi. Ekspor memberikan peranan penting, dengan pertumbuhan mencapai 31% yang sayangnya masih banyak gunakan dolar AS.
"Penggunaannya 94 persen untuk ekspor dan impor 83 persen. Sementara ekspor kita dengan AS hanya sekitar 10 persen, dan impor hanya 5.2 persen," papar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam webinar kemarin.
BI telah melakukan penguatan kerjasama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal (local currency settlement) dengan Jepang, Malaysia, dan Thailand. Dan sekarang ini BI juga sedang mencoba lakukan penguatan kerjasama penyelesaian transaksi dengan beberapa bank.
"2021 baru kita aktifkan LCS dengan Jepang. Kita tau Jepang punya eksposur baik perdagangan maupun investasi," imbuhnya.
Ke depan dengan semakin bervariasinya mitra dagang Indonesia, dan kerjasama perdagangan bilateral, pemerintah dan BI mulai mengatur strategi untuk bisa mengurangi ketergantungan pada dollar AS sebagai alat transaksi dengan mitra dagang Indonesia.
"Proses itu tidak mudah dan harus ada kesepahaman bagaimana cara kurangi ketergantungan terhadap dollar AS. Karena ekspor kita ke Tiongkok paling besar yakni 13,6 persen, dan impor kita paling besar 21,4 persen. Jadi poinnya adalah kita lihat bahwa variasi mitra dagang kita besar dan bagaimana kalau kita mulai melakukan bilateral agreement agar bisa transaksi dengan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan," jelas Destry.
Pada kesempatan yang sama, Mirza Adityaswara, Direktur Utama LPPI mengatakan bahwa LCS adalah isu penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Otoritas moneter Indonesia, kata dia, selalu berupaya untuk melepaskan kebergantungan dari penggunaan dollar AS.
"Hal itu sangat penting bagi Indonesia, maka dari itu BI sudah berkerjasama dengan beberapa negara di Asia Tenggara dan beberapa negara lain dalam hal ini," kata Mirza.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tinggalkan Dolar AS, RI Hemat US$ 117 Juta Setiap Bulan!