Masih Kenceng! Rupiah Catat Penguatan 6 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 August 2021 15:44
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju kencang rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/8/2021). Mata Uang Garuda sebenarnya sudah menguat sejak pekan lalu, tetapi tipis-tipis saja. Hingga hari ini, total rupiah menguat dalam 6 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah hari ini membukukan penguatan 0,21% ke Rp 14.310/US$, bahkan sebelumnya sempat menyentuh Rp 14.300/US$. Dengan penguatan tersebut, sepanjang pekan ini rupiah sudah menguat lebih dari 1% dan berada di level terkuat sejak 17 Juni lalu.

Dolar AS saat ini masih dalam mode defensif jelang rilis data tenaga kerja AS versi ADP, yang kerap dijadikan acuan data tenaga kerja AS. Sebelum rilis data tersebut, pelaku pasar akan hati-hati memegang dolar AS.

Jika data ADP mengecewakan, ada kemungkinan juga data tenaga kerja AS Jumat nanti juga sama. Alhasil, spekulasi The Fed tidak akan melalukan tapering di tahun ini akan semakin menguat, dan dolar AS berisiko merosot.

Data tenaga kerja AS yang akan dirilis Jumat pekan ini. Hasil polling yang dilakukan Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS di bulan Juni turun menjadi 5,7% dari bulan sebelumnya 5,9%. Sementara perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 880.000 orang, lebih tinggi dari bulan Mei 850.000 orang.

Hasil polling tersebut terlihat cukup bagus, tetapi data klaim tunjangan pengangguran AS yang dirilis secara mingguan belakangan ini menunjukkan peningkatan dan lebih banyak dari hasil polling, yang menjadi tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS.

Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter selain data inflasi. Data inflasi sudah dirilis pada pekan lalu, meski menunjukkan kenaikan tapi hasilnya lebih rendah dari prediksi pelaku pasar.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Aliran Modal Mengalir Deras ke RI Bikin Rupiah Perkasa

Arah angin berubah mendukung rupiah pasca pengumuman kebijakan moneter The Fed pada pekan lalu. Pada pengumuman tersebut, The Fed masih belum memberikan detail kapan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Hal tersebut memicu spekulasi jika tapering tidak akan dilakukan di tahun ini, yang diperkuat dengan rilis data pertumbuhan ekonomi serta inflasi AS yang lebih rendah dari prediksi.

Alhasil, yield obligasi (Treasury) AS terus mengalami penurunan, tenor 10 tahun saat ini berada di kisaran 1,8%. Dibandingkan dengan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun di kisaran 6,2% tentunya ada selisih yang sangat besar. Apalagi jika dibandingkan dengan obligasi di Eropa. Obligasi (Gilt) Inggris tenor yang sama berada di kisaran 0,5%, kemudian Bund Jerman di -0,478%.

Hal tersebut memicu aliran modal asing masuk ke Indonesia. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Sejak Kamis pekan lalu hingga Senin pekan ini di pasar obligasi aliran modal asing tercatat masuk sekitar Rp 2,62 triliun.

Hal tersebut terlihat dari kepemilikan asing yang naik menjadi Rp 966,7 triliun, dari posisi Rabu pekan lalu sebesar Rp 964,07 triliun.

Kemudian di pasar primer, penawaran yang masuk (incoming bids) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan pemerintah kemarin sebesar Rp 107,8 triliun, lebih tinggi dari lelang sebelumnya Rp 95,6 triliun, sekaligus menjadi rekor tertinggi kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN.

Dari incoming bids tersebut, yang dimenangkan oleh pemerintah sebesar Rp 34 triliun, lebih tinggi dari target indikatif Rp 33 triliun.

Selain itu, tingkat partisipasi investor asing juga meningkat di lelang kemarin, yakni sebesar 11,6% dari sebelumnya 7,6%. Tingginya minat terhadap obligasi Indonesia menjadi indikasi adanya aliran modal masuk ke dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular