Kuartal I-2021
Dituduh Tipu Bisnis Waralaba, Terungkap Ini Kinerja Alfamart

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola jaringan ritel Alfamart, yang dalam beberapa hari ini menjadi sorotan publik mencatatkan kinerja yang baik dengan peningkatan laba bersih pada kuartal pertama tahun 2021 dari periode yang sama tahun lalu (year on year).
Mengacu laporan keuangan AMRT per Maret 2021, Alfamart mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 499,39 miliar, naik 43% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 350,40 miliar.
Meskipun laba bersih tercatat naik, akan tetapi pendapatan bersih perusahaan malah mengalami penurunan tipis 0,5% menjadi Rp 19,24 triliun dari semula sebesar Rp 19,33 triliun.
Berdasarkan jenis persediaan barang, pendapatan ini terbagi menjadi pendapatan makanan sebesar Rp 12,84 triliun, pendapatan bukan makanan Rp 6,39 triliun dan pendapatan jasa Rp 6,12 miliar.
Jika melihat dari laporan keuangan, perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan lainnya sebesar Rp 254,90 miliar naik dari sebelumnya 215,48 miliar. Dari laporan keuangan tercatat, disebutkan ada kontribusi penghasilan fee yang naik menjadi Rp 135,31 miliar dari Rp 128,66 miliar, dan penghasilan sewa tempat dan bangunan, lalu ada juga penjualan aset kendati nilainya turun.
Selain itu, tumbuhnya laba bersih salah satunya juga diakibatkan oleh turunnya biasa keuangan yang semula mencapai Rp 99,75 miliar pada kuartal pertama tahun lalu, kini berkurang nyaris 30% menjadi Rp 70,8 miliar.
Aset perusahaan tercatat naik menjadi Rp 28,93 triliun dari semula Rp 25,97 triliun. Liabilitas juga mengalami peningkatan menjadi Rp 20,78 triliun dari semula Rp 18,33 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan tercatat tumbuh menjadi Rp 8,14 triliun dari posisi akhir tahun lalu yang berada di angka Rp 7,63 triliun.
Pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (3/8) di pasar modal, saham AMRT turun 3,51% ke level Rp 1.375/saham, dengan nilai transaksi Rp 26,04 miliar. Sepekan saham AMRT naik 9,56% dan sebulan terakhir juga naik 10% dengan kapitalisasi pasar Rp 57,10 triliun.
Dugaan penipuan
Sebelumnya muncul laporan dugaan kasus penipuan yang dituduhkan kepada dua direksi perusahaan. Kasus ini dilaporkan kepada Polda Metro Jaya pada 9 Juni 2021.
Namun manajemen AMRT buka suara atas dugaan penipuan ini. Dalam keterangan tertulis yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur dan Sekretaris Perusahaan AMRT Tomin Widian membantah isu tersebut. Dirinya menegaskan sampai saat ini, perseroan belum menerima panggilan dari pihak yang berwenang.
Pihak AMRT mengatakan bahwa perseroan telah melakukan proses mediasi di Kementerian Perdagangan RI sejak tanggal 15 April 2021 sampai dengan 02 Juni 2021.
AMRT juga menjelaskan bahwa terkait dengan transparansi laporan keuangan, perseroan telah memberikan laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, buku besar dan rekening koran setiap bulannya selama toko tersebut beroperasi sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 dan menegaskan bahwa hal tersebut telah sesuai dengan perjanjian waralaba yang disepakati bersama.
Sebelumnya CNN Indonesia memberitakan bahwa seorang bernama Ihlen Yeremia Manurung melaporkan dua direktur Alfamart terkait dugaan penipuan dan penggelapan.
Kuasa hukum pelapor, Jimmy Manurung mengatakan bahwa pihaknya telah melaporkan Soeng Peter Soeryadi selaku Direktur Franchise dan Tomin Widian selaku Direktur Keuangan AMRT kepada Polda Metro Jaya pada 9 Juni 2021.
Menurut pihak pelapor, perkara bermula saat hak usaha waralaba berakhir. Pada 14 Februari 2019, Alfamart mengirimkan surat tagihan sebesar Rp 66 juta kepada pihak pelapor. Merespons surat tagihan itu, kata Jimmy, kliennya lantas mendatangi kantor Alfamart untuk meminta penjelasan.
[Gambas:Video CNBC]
Setop Bisnis Logistik, Alfamart Resmi Jual Saham Alfatrex
(tas/tas)