Hari Ini Asing Borong Saham TLKM-UNVR & Obral BBCA-BBRI

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 02/08/2021 17:30 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (2/8/2021), setelah sempat bergerak ke zona merah pada perdagangan sesi I hari ini.

Indeks saham acuan nasional tersebut ditutup menguat 0,44% ke level 6.096,54. Pada penutupan sesi I hari ini, IHSG menguat 0,12% ke level 6.077,12.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 13,4 triliun. Terpantau, investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 79 miliar di pasar reguler.


Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat menjual bersih sebanyak Rp 81 miliar. Sebanyak 243 saham menguat, 262 saham melemah dan 144 lainnya stagnan.

Dari daftar net buy, saham emiten telekomunikasi BUMN, yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang paling banyak diburu oleh asing pada hari ini, yakni mencapai Rp 114 miliar.

Selain itu, asing juga tercatat memburu saham emiten konsumer berkapitalisasi pasar terbesar (big cap), yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan saham emiten 'raja otomotif', PT Astra International Tbk (ASII).

Berikut saham-saham yang diburu oleh investor asing pada hari ini.

Sementara dari daftar net sell, asing tercatat melepas tiga saham bank big cap, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:

Pelaku pasar di Indonesia masih menanti pengumuman berlanjut atau tidaknya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang berakhir hari ini (2/8/2021).

Jika diperpanjang, maka aktivitas ekonomi dan bisnis masih berada dalam tren tekanan. Pasar berharap akan ada sejumlah pelonggaran di tengah landainya kasus Covid-19 di DKI Jakarta.

Di tengah penguatan IHSG yang berlanjut pada sesi kedua hari ini, beberapa data ekonomi yang dirilis pada hari ini arahnya berbeda, di mana data aktivitas manufaktur RI mengalami penurunan, sementara data inflasi RI mengalami kenaikan sedikit.

IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) merosot ke level 40,1 dari sebelumnya 53,4. Ini merupakan kali pertama PMI manufaktur mengalami kontraksi setelah sebelumnya berekspansi dalam 8 bulan beruntun.

"Peningkatan kasus Covid-19 menyebabkan pemerintah harus menerapkan PPKM yang membatasi mobilitas masyarakat. Efek dari kebijakan ini terjadi di sisi permintaan, produksi, dan tenaga kerja," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

"Gelombang serangan kedua Covid-19 telah memukul sektor manufaktur Indonesia. Selain gangguan produksi dan permintaan, dunia usaha juga mengalami hambatan dalam mendatangkan bahan baku. Ketidakpastian yang meningkat juga membuat dunia usaha untuk mengurangi pekerja dengan laju tercepat sejak Juni 2020, meski banyak yang menilai ini hanya sementara karena penerapan PPKM," sebut Jingyi Pan, Economics Associate Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika di atas 50, maka dunia usaha sedang dalam fase ekspansi dan sebaliknya jika di bawah itu mengindikasikan bahwa dunia usaha sedang terkontraksi.

Sementara itu dari data inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia periode Juli 2021 yang tumbuh menjadi 0,08% pada Juli 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Hal Ini membuat inflasi tahun kalender (year-to-date/YTD) menjadi 0,81% dan terhadap Juli 2020 (year-on-year/yoy) adalah 1,52%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat