Gegara Ini, INDY Cetak Laba Rp 174 M di Semester I dari Rugi

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 August 2021 10:53
Indika Energy Mulai Program Vaksinasi Gotong Royong  
Hampir 22.000 karyawan dan keluarga divaksinasi secara bertahap
Foto: Dok Indika

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten Holding Grup Indika, PT Indika Energy Tbk (INDY) membalikkan kinerja rugi bersih yang dialami di semester I-2020 menjadi laba bersih di semester I-2021 seiring dengan pemulihan harga komoditas, terutama batu bara.

Indika Energy mencatatkan laba bersih US$ 12,01 juta atau setara dengan Rp 174 miliar (kurs Rp 14.500/US$) di 6 bulan pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih US$ 21,92 juta atau Rp 318 miliar.

Dengan demikian laba per saham menjadi US$ 0,0023 dari sebelumnya rugi per saham US$ 0,0042.

Berdasarkan laporan keuangan INDY per Juni 2021, pembalikan kinerja dari rugi ke laba itu seiring dengan kenaikan pendapatan INDY pada periode tersebut.

Pendapatan INDY naik 14,15% menjadi US$ 1,29 miliar atau setara Rp 18,71 triliun dari sebelumnya US$ 1,13 miliar atau Rp 16,39 triliun.

Meski demikian beban pokok kontrak dan penjualan naik menjadi US$ 999,88 juta dari sebelumnya US$ 954,65 juta.

Beban keuangan naik menjadi US$ 55,21 juta dari sebelumnya US$ 47,62 juta.

Secara rinci, pendapatan terbesar kontrak dan jasa terbesar diperoleh dari BP Berau Ltd senilai US$ 77,99 juta, disusul PT Indonesia Pratama US$ 45,96 juta, dan PT Freeport Indonesia US$ 40,53 juta.

Penjualan batu bara luar negeri mendominasi sebesar US$ 740,25 juta, dari sebelumnya US$ 557,73 juta, sementara pelanggan dalam negeri US$ 292,92 juta dari US$ 237,81 juta.

Pendapatan terbesar induk usaha PT Petrosea Tbk (PTRO) ini disumbang dari lini bisnis sumber daya energi US$ 1,05 miliar, sisanya jasa energi US$ 194,40 juta, infrastruktur energi US$ 36,81 juta dan pendapatan lainnya US$ 4,54 juta

Manajemen INDY menyatakan s elama semester pertama tahun 2020, harga batubara kembali bergerak ke arah yang kurang menguntungkan untuk industri terkait ditambah lagi dengan dampak dari pandemi Covid-19, namun harga batu bara kembali meningkat secara bertahap di akhir tahun 2020 dan membaik selama semester pertama tahun 2021.

"Berdasarkan data historis harga batu bara sangat fluktuatif. Fluktuasi harga batu bara yang terus berlanjut di masa datang dapat mempengaruhi operasi Grup dan/atau pelanggan Grup," tulis manajemen INDY, dalam laporan keuangannya.

"Dampak keadaan ekonomi juga mempengaruhi kondisi keuangan para pelanggan yang meningkatkan risiko tidak tertagihnya piutang dari pelanggan. Disamping itu terdapat risiko dari ketidakpastian kebijakan pemerintah Indonesia dalam perizinan pertambangan," tulis manajemen INDY.

Di sisi lain, perubahan kondisi ekonomi tergantung kepada kondisi ekonomi global serta penyelesaian krisis global - suatu tindakan yang berada di luar kendali Grup.

"Oleh karena itu, tidaklah mungkin untuk menentukan dampak masa depan kondisi ekonomi terhadap likuiditas dan pendapatan Grup atau pengaruh krisis terhadap investor, pelanggan, dan pemasok Grup," tulis INDY.

Sebab itu, manajemen menyakini bahwa Grup INDY memiliki sumber daya yang cukup untuk melanjutkan operasinya di masa depan sehingga laporan keuangan konsolidasian tetap dapat disajikan dengan mempertahankan asumsi kelangsungan usaha.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jual Petrosea, Saham Indika (INDY) Lompat 22,4% & Top Gainer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular