Kabar Baik! Restrukturisasi Kredit Mandiri Tinggal Rp 96 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Kamis, 29/07/2021 20:21 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan BUMN, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat outstanding nilai restrukturisasi kredit akibat Covid-19 hingga Juni 2021 senilai Rp 96,5 triliun.

Nilai ini telah turun dari total nilai kredit yang direstrukturisasi sejak Maret 2020 lalu yang mencapai Rp 126,5 triliun.

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan saat ini perusahaan terus melakukan penilaian terhadap dampak penerapan PPKM Darurat terhadap permintaan restrukturisasi.


Namun hingga saat ini nilai permintaan terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu, terlebih kebijakan ini akan segera berakhir tahun depan.

"Sampai akhir Juni Bank Mandiri sudah merestrukturisasi kepada lebih dari 548 ribu debitur dengan nilai Rp 126,5 triliun. Sampai akhir Juni posisi baki debet restrukturisasi sudah turun jadi Rp 96,5 triliun," kata Ahmad dalam konferensi pers kinerja secara virtual di Jakarta, Kamis (29/7/2021).

Dia menjelaskan, Bank Mandiri telah melakukan mitigasi risiko penurunan kualitas kredit akibat pandemi ini sejak Maret-April 2020 lalu. Sehingga saat ini jumlah nasabah yang meminta restrukturisasi sudah tak banyak lagi jumlahnya.

Sektor-sektor yang paling besar kontribusinya dalam restrukturisasi tersebut paling besar adalah sektor jasa konstruksi dengan nilai restrukturisasi mencapai Rp 21,1 triliun, sektor hotel, restoran dan akomodasi senilai Rp 7 triliun, dan sektor jasa transportasi sebesar Rp 6,1 triliun. Lainnya adalah sektor properti dan kendaraan.

Untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit lebih lanjut, Bank Mandiri telah meningkatkan nilai pencadangan secara bertahap.

"Sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit karena pandemi dan potensi CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) setelah masa relaksasi selesai di tahun depan, Bank Mandiri mencadangkan CKPN bertahap dari tahun lalu sehingga memiliki strategi yang konservatif sehingga pada akhir Juni 2021 ini alokasi CKPN 13% dari total baki debet portofolio restrukturisasi Covid," jelasnya.

Sementara itu, hingga akhir tahun diperkirakan nilai kredit bermasalah (non performing loan/NPL), termasuk dengan risiko adanya risiko dari nasabah yang direstrukturisasi, sebesar 3,19%.

Beberapa sektor yang dinilai berisiko mengalami pemburukan adalah sektor infrastruktur, kendaraan, hotel, restoran dan akomodasi serta industri tekstil.

Di semester I-2021, perseroan mencatat laba bersih tumbuh 21,45% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 12,5 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 10,29 triliun.

Kenaikan laba bersih ini terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50% YoY menjadi Rp 35,16 triliun, serta pertumbuhan pendapatan berbasis jasa (fee based income) sebesar 17,27% YoY menjadi Rp 15,94 triliun.

"Kami memandang tren pertumbuhan ini sebagai sinyal positif bahwa permintaan masih ada diharapkan akan terus meningkat. Namun, kami akan tetap waspada dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan," kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, dalam kesempatan yang sama.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ini Kinerja Emiten Bank Big Cap, Ada BMRI, BRIS dan BBRI