The Fed Umumkan Kebijakan Moneter, kok Makin Banyak Misteri?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 July 2021 13:30
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (29/7/2021) dini mengumumkan kebijakan moneternya.

Pelaku pasar berharap adanya kejelasan kapan tapering (pengurangan pembelian aset oleh The Fed) akan dilakukan, tetapi malah tetap jadi dan makin banyak "misteri".

Sesuai dengan perkiraan pasar, The Fed mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar, dengan rincian US$ 80 miliar pembelian obligasi pemerintah (Treasury) dan US$ 40 miliar untuk efek beragun aset.

Dengan inflasi di AS yang sangat tinggi, banyak yang memperkirakan The Fed akan segera melakukan tapering atau pengurangan nilai QE. Tetapi, kapan tapering akan dilakukan tetap menjadi "misteri" hingga saat ini.

The Fed menggunakan inflasi berdasarkan Personal Consumption Expenditure (PCE) sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan moneter.

Data terakhir menunjukkan inflasi inti PCE di bulan Mei tumbuh 3,4% (year-on-year/YoY). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992. Data terbaru akan dirilis Jumat nanti, hasil polling Reuters menunjukkan inflasi akan naik lagi menjadi 3,9% YoY.

idrFoto: Datawrapper

The Fed juga melihat perekonomian AS semakin kuat, tapi masih perlu melihat kemajuan substansial lebih lanjut, khususnya untuk pasar tenaga kerja dan inflasi, sebelum memulai tapering.

"Kami menggunakan pendekatan yang setransparan mungkin. Kita belum mencapai kemajuan substansial lebih lanjut," kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (29/7/2021).

Inflasi AS saat ini memang jauh di atas target The Fed yakni rata-rata 2%. Tetapi, tingginya inflasi tersebut dikatakan hanya bersifat sementara. Pada tahun lalu, inflasi di AS merosot tajam, sehingga saat ini The Fed akan membiarkan inflasi tinggi lebih dari 2%, sebab yang dilihat adalah rata-ratanya.

Sementara itu untuk pasar tenaga kerja, Powell mengatakan masih perlu lebih kuat lagi, sebelum memulai tapering.

"Saya ingin melihat pasar tenaga kerja lebih kuat lagi dalam beberapa bulan ke depan sebelum memulai mengurangi QE yang saat ini senilai US$ 120 miliar per bulan," kata Powell.

Pernyataan 'beberapa bulan ke depan' tersebut yang menimbulkan lebih banyak "misteri".

Sebelumnya, banyak analis dan ekonom yakin The Fed akan mengumumkan lebih banyak detail mengenai tapering pada pertemuan tahunan Jackson Hole Agustus mendatang. Sebab pada pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, ekonom, hingga praktisi dari seluruh dunia.

Tetapi dengan menyatakan 'beberapa bulan ke depan' artinya kemungkinan tidak akan dilakukan pada bulan depan. The Fed dalam pernyataannya juga menyatakan akan melakukan penilaian dalam beberapa pertemuan ke depan.

"Saya pikir Powell membuat proyeksi pelaku pasar bergeser lagi. Jika anda melihat The Fed akan mengumumkan tapering pada pertemuan Jackson Hole, pernyataan The Fed hari ini menunjukkan kemungkinan tersebut sangat kecil," kata Michelle Meyer, kepala ekonom Bank of America, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Dan dengan mengatakan 'pada pertemuan-pertemuan' mendatang, The Fed jadi memiliki banyak pilihan kapan mereka akan memberikan sinyal atau mengumumkan tapering," tambahnya.

Perekonomian AS kini menghadapi serangan baru virus corona khususnya varian delta, meski demikian Powell masih tetap optimis hal tersebut tidak akan memberikan dampak signifikan. Meski demikian, banyak analis menilai perekonomian tidak hanya AS tapi secara global bisa melambat lagi. 

Pasar tenaga kerja AS dikatakan sudah merasakan dampaknya. 

pasar tenaga kerja sudah merasakan dampaknya. Data klaim tunjangan pengangguran yang dirilis pekan lalu dilaporkan sebanyak 419.000, jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebanyak 350.000 klaim. Selain itu, rilis tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Mei lalu.

"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering Awal Tahun Depan, Suku Bunga Bisa Naik di Desember 2022

Kapan The Fed akan melakukan tapering tetap menjadi "misteri" ada analis yang tetap berpendapat di akhir tahun ini, tetapi kini makin banyak yang memprediksi dilakukan di awal tahun depan.

Meyer sendiri memprediksi The Fed akan mengumumkan rencana tapering di akhir tahun ini, tetapi tidak menutup kemungkinan di bulan September. Dan tapering resmi dimulai di awal tahun depan, Michelle Meyer salah satunya.

"Saya pikir The Fed masih mungkin mengumumkan rencana tapering di bulan September, tergantung dari data tenaga kerja. Jika sangat kuat, maka saya pikir Powell akan memberikan lebih banyak detail pada bulan September," kata Meyer.

Sementara itu Ben Jeffery, analis dari BMO memprediksi pengumuman tersebut akan dilakukan antara November atau Desember.

"Melihat penjelasan The Fed kali ini, saya tetap melihat pengumuman tapering akan dilakukan pada November atau Desember," katanya.

Sementara itu Tom Simons, ekonom di Jefferies mengatakan Powell kali ini terdengar kurang optimistis.

"Cara Powell berbicara membuat waktu tapering seolah masih jauh. Ia masih ingin melihat data-data dalam beberapa bulan ke depan," kata Simons.

Meski demikian, menurut Simons sikap Powell tersebut sesuai dengan perkiraannya, dan tapering akan dimulai di Desember dengan jumlah yang kecil, sementara itu pengumumannya akan dilakukan di November.

Sementara itu pelaku pasar melihat probabilitas kenaikan suku bunga di akhir tahun depan semakin meningkat.

idrFoto: CME Group

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini melihat probabilitas sebesar 40,8% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,5% pada Desember 2022. Probabilitas tersebut hampir sama dengan kemungkinan tetap dipertahankan sebesar 42%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terima Kasih Mr. Powell, "Setan" Tapering Sekali Lagi Diusir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular