Perkasa di Awal, Rupiah Lesu di Akhir Perdagangan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 July 2021 15:38
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia -  Rupiah cukup meyakinkan mengawali perdagangan Selasa (27/7/2021), menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi, di akhir perdagangan justru mencatat pelemahan tipis.

Pergerakan tersebut menunjukkan pelaku pasar masih wait and see, sebab ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.450/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, rupiah kemudian melemah 0,1% ke Rp 14.495/US$.

Di akhir perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.490/US$, melemah tipis 0,07%.

Rupiah mendapat tenaga di awal perdagangan hari ini setelah kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) mengalami penurunan signifikan, sehingga memicu harapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 akan kembali dilonggarkan.

Kemarin, penambahan kasus baru dilaporkan sebanyak 28.228 orang. Untuk pertama kalinya dalam 3 pekan terakhir penambahan kasus Covid-19 di bawah 30.000 orang sehari.

PPKM level 4 sendiri sudah resmi diperpanjang hingga 2 Agustus mendatang tetapi dengan beberapa pelonggaran yang sudah dimulai Senin kemarin.

Jika di pekan ini kasus Covid-19 terus menunjukkan penurunan, maka pelonggaran kemungkinan besar akan kembali dilakukan pekan depan.

Sementara itu The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Belum ada "kisi-kisi" apa yang akan disampaikan nanti, para analis malah berbeda pendapat. Sehingga pelaku pasar memilih bermain aman, dan wait and see.

Joe Capurso, analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA) mengatakan, jika The Fed mengindikasikan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitive Easing/QE) akan dilakukan dalam waktu dekat, maka dolar AS akan melesat lagi.

Steve Englander, kepala riset valas G10 di Standard Chartered mengatakan pernyataan The Fed terkait inflasi juga akan penting untuk disimak. Sebab, meski inflasi di AS sangat tinggi, tetapi The Fed sebelumnya berulang kali menyatakan hal tersebut hanya sementara.

"Kami perkirakan ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan akan lebih bersabar melihat inflasi ketimbang beberapa pejabat The Fed lainnya, sebab perekonomian masih belum pulih dan pasar tenaga kerja lesu kembali," kata Englander, sebagaimana dilansir CNBC International.

Jika itu terjadi, maka dolar AS akan kembali tertekan.

Belum adanya konsensus apa yang akan disampaikan The Fed membuat pasar wait and see, dan bisa berlanjut hingga Rabu besok. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular