Terkuak! Bank-bank RI Masih Kasih Utang ke Batu Bara Rp 89 T

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 July 2021 12:10
FILE PHOTO: A view of the Eagle Butte Mine, operated by Alpha Natural Resources, is seen from a public access overlook platform near Gillette, Wyoming, U.S., May 31, 2016.  REUTERS/Kristina Barker/File Photo
Foto: REUTERS/Kristina Barker/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan di RI ramai-ramai masih memberikan pendanaan untuk industri batu bara, bahkan jumlahnya mencapai Rp 89 triliun. Padahal perbankan dunia saat ini mulai berhenti memberikan pendanaan untuk industri batu bara.

Hal tersebut disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Minerba Irwandy Arif.

Dia mengatakan berdasarkan data dari Urgewald pada tahun 2021 sebanyak enam bank RI masih memberikan pinjaman ke perusahaan batu bara yang terdaftar pada Global Coal Exit List (GCEL) 2020.

Selama periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020 total pinjaman mencapai Rp 89 triliun.

"Bank-bank nasional, Urgewald berikan data bahwa bank nasional di Indonesia memberikan pinjaman ke perusahaan batu bara yang terdapat di Global Coal Exit List," paparnya dalam Webinar: Masa Depan Batubara dalam Bauran Energi Nasional, Senin malam, (27/07/2021).

Secara rinci bank RI yang memberikan pinjaman paling besar adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencapai US$ 2,46 miliar atau setara dengan Rp 36 triliun (kurs Rp 14.500/US$), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar US$ 1,83 miliar atau sekitar Rp 27 triliun, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) US$ 1,76 miliar atau Rp 26 triliun.

Berikutnya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar US$ 0,82 miliar atau setara Rp 12 triliun, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) senilai US$ 0,10 miliar atau Rp 1,5 triliun, Indonesia Eximbank mencapai US$ 0,03 miliar atau sekitar Rp 435 miliar.

"Paling besar Mandiri, BNI, BRI, dan BCA," lanjutnya.

Lebih lanjut dia mengatakan International Renewable Energy Agency (IRENA) menyebut di tahun 2019 lebih dari 50% penambahan kapasitas Energi Baru (EBT) biaya listriknya lebih murah daripada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

"Biaya listrik lebih rendah dari PLTU, ini perkembangan cepat," tuturnya.

Sementara itu, Irwandy mengatakan, PT PLN (Persero) juga bakal mempensiunkan PLTU dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) pada tahun 2025 demi mencapai bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dan net zero emission pada tahun 2060.

"PLN juga akan menghentikan semua usulan di tahun 2025 dan mencapai bauran nasional. Kemenko Marves juga sampaikan hal yang sama."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular