
Rupiah Bentuk Pola Rectangle sejak Akhir Juni, Apa Artinya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mampu menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Senin kemarin (26/7).
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 yang diperpanjang tetapi juga dilonggarkan di beberapa sektor memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat.
Meski demikian, pelaku pasar saat ini sudah berfokus pada pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Jelang pengumuman kebijakan tersebut posisi beli dolar AS mengalami peningkatan signifikan.
Data terbaru dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan posisi net long dolar AS kini berada di level tertinggi sejak Juni 2020. Artinya, posisi beli dolar AS sedang menumpuk, padahal di awal Juni lalu posisi jual yang masih dominan (net sell).
Dengan besarnya posisi net buy tersebut bisa menjadi "bom waktu" yang membuat dolar AS meledak, dan pemicunya bisa jadi pengumuman kebijakan moneter The Fed.
Namun, sebelum pengumuman tersebut, rupiah berpeluang menguat lagi, sebab indeks dolar AS merosot 0,28% kemarin, dan berlanjut 0,1% ke 92,566 pagi ini, Selasa (27/7/2021).
Secara teknikal, sejak akhir Juni lalu, rupiah membentuk pola Rectangle atau persegi panjang. Batas bawah pola tersebut berada di kisaran Rp 14.450/US$ sementara batas atas berada di kisaran Rp 14550/US$.
Rectangle merupakan pola yang menunjukkan pergerakan sideways atau bergerak dalam rentang itu-itu saja. Sehingga diperlukan penembusan salah satu batas tersebut untuk menentukan kemana arah rupiah selanjutnya.
![]() idr |
Mata Uang Garuda saat ini sedikit diuntungkan dengan munculnya pola-pola candle stick. Pada Rabu (30/6/2021), rupiah membentuk pola Shooting Star, sehari setelahnya muncul pola Gravestone Doji. Keduanya tersebut merupakan pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Level psikologis Rp 14.500/US$ sebelumnya menjadi support bagi rupiah, dan berhasil dilewati sejak Kamis pekan lalu tetapi hanya tipis, sehingga tergolong weak breakout.
Level psikologis kini menjadi resisten terdekat, selama tertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.450/US$ yang merupakan batas bawah pola Rectangle. Jika mampu menembus level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.400/US$. Di pekan ini, jika mampu melewati level yang disebutkan terakhir, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.350/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 14.500/U$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.550/US$ yang merupakan batas atas pola Rectangle.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
