
Harga Batu Bara Mulai Flat, 'Tsunami' Profit Taking Berakhir?

Toby Hassall, Analis Refinitv, menyebut tiga alasan harga batu bara bisa kembali ke jalur reli. Pertama, seperti yang sudah disebut, adalah tren kenaikan harga gas.
Kedua, permintaan di China sedang tinggi karena serangan gelombang panas (heat wave) di sejumlah daerah yang meningkatkan kebutuhan akan penyejuk ruangan, yang tentunya membutuhkan listrik. Pada 14 Juli lalu, konsumsi listrik di Negeri Panda mencapai 22,7 TWh, rekor tertinggi konsumsi listrik harian.
Ini membuat harga batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao naik. Per 19 Juli, harga berada di CNY 1.053,02/ton, tertinggi sejak awal tahun ini.
Ketiga, permintaan dunia bergerak naik karena sejumlah negara mulai pulih dari terpaan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Permintaan listrik mulai naik ke level sebelum pandemi, termasuk di Indonesia.
Bulan lalu, penggunaan listrik industri di Tanah Air melonjak 26,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara penggunaan listrik untuk bisnis naik 14,5% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
