PPKM Level 4 Diperpanjang, IHSG Bakal Tumbang atau Terbang?

Dalam keterangan pers dari Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (25/7/2021), Jokowi memutuskan melanjutkan PPKM Level 4.
"Saya memutuskan untuk melanjutkan penerapan PPKM level 4 dari tanggal 26 Juli sampai dengan 2 Agustus 2021," kata Jokowi.
Meski demikian, pelonggaran dilakukan di beberapa sektor. Pasar rakyat yang menjual sembako diperbolehkan bukan normal, tetapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu usaha kecil juga kembali boleh dibuka hingga pukul 21:00, dan warung makan atau sejenisnya diizinkan buka hingga pukul 20:00 WIB, dan boleh makan ditempat dengan protokol kesehatan yang ketat, dan maksimal 20 menit setiap pengunjung.
Dalam keterangan pers setelah penjelasan Presiden, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan mal dan pusat perdagangan bisa buka hingga pukul 17:00 dengan kapasitas 25%.
Beberapa pelonggaran tersebut bisa menjadi sentimen positif, tetapi tentunya bagaimana perkembangan kasus Covid-19 akan kembali menjadi perhatian. Jika belum menunjukkan tren penurunan lagi, maka ada risiko PPKM Level 4 akan diperpanjang lagi.
Pada hari ini, kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 38.679 orang, turun jauh dari kemarin 45.416 orang.
![]() |
Kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan dan dampaknya sudah mulai terlihat di pasar tenaga kerja Amerika Serikat. Data klaim tunjangan pengangguran yang dirilis pekan lalu dilaporkan sebanyak 419.000, jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebanyak 350.000 klaim. Selain itu, rilis tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Mei lalu.
"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).
"Rilis data tersebut selalu lebih tinggi dari perkiraan, menunjukkan pasar tenaga kerja AS kehilangan momentum. Hal tersebut dapat membuat The Fed (bank sentral AS) memundurkan lagi rencana pengetatan moneter, dan yield obligasi akan menurun," tambahnya.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Juni lalu, The Fed memberikan proyeksi terbaru suku bunga akan naik di tahun 2023, bahkan tidak menutup kemungkinan di tahun depan. Lebih cepat dari sebelumnya yang memproyeksikan kenaikan suku bunga di tahun 2024.
Meski demikian, dengan kondisi perekonomian saat ini, mulai muncul keraguan The Fed akan menaikkan suku bunga tahun depan.
The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pada pekan depan, yang akan menjadi perhatian pelaku pasar. Pengumuman kebijakan moneter dilakukan pada Kamis (29/7/2021) dini hari waktu Indonesia.
Bagaimana pandangan terbaru The Fed terhadap kondisi ekonomi di tengah lonjakan kasus Covid-19, serta apakah masih ada peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dilakukan di tahun ini akan menjadi perhatian pelaku pasar.
Selain itu, ada data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2021 yang akan dirilis pada Kamis malam. Bagaimana kinerja perekonomian Paman Sam di kuartal kedua, akan terlihat dari rilis data tersebut. Hasil polling Reuters memperkirakan produk domestik bruto (PDB) AS akan tumbuh 8,6% lebih tinggi dari kuartal I-2021 sebesar 6,4%.
Pengumuman The Fed dan rilis pertumbuhan ekonomi AS tentunya membuat pelaku pasar lebih berhati-hati di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]