
Tak Hanya Dolar AS, Rupiah Juga Taklukan Mata Uang Asia-Eropa

Penguatan rupiah juga ditopang Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan saat mengumumkan kebijakan moneter pekan ini. Dengan suku bunga dipertahankan, maka yield obligasi akan tetap relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju, sehingga daya tarik SBN terhaga.
Pada Kamis (22/7/2021), Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.
Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Sementara itu Perry mengungkapkan, nilai rupiah yang melemah di bulan Juli ini dipengaruhi adanya aliran modal keluar dari negera berkembang. Selain itu ada 'flight to quality' alias "mencari aset aset yang baik.
"Secara rata-rata rupiah mengalami pelemahan 0,29% secara point to point dan 1,14% secara rata-rata dibandingkan posisi akhir Juni 2021. Aliran modal keluar dari negara berkembang, didorong perilaku flight to quality di tengah pasokan valas domestik yang masih memadai," kata Perry.
Nilai rupiah terdepresiasi 3,39% sejak awal 2021. BI memandang pelemahan masih relatif lebih rendah dari depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lain seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
"BI terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," terang Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
