Catat Nih! RI, China, Hingga Jepang Kompak 'Depak' Dolar AS

Chandra Gian Asmara & Maikel Jefriando, CNBC Indonesia
23 July 2021 17:49
FILE PHOTO: Painted monetary symbols are seen on a wall in Dublin city centre October 22, 2014.  A year-long investigation into allegations of collusion and manipulation by global currency traders is set to come to a head on Wednesday, with Britain's financial regulator and six big banks expected to agree a settlement involving around ?1.5 billion ($2.38 billion) in fines. The settlement comes amid a revival of long-dormant volatility on foreign exchanges, where a steady rise in the U.S. dollar this year has depressed oil prices and the currencies of many commodity exporters such as Russia's rouble, Brazil's real and Nigeria's naira - setting the scene for more turbulence on world financial markets in 2015.  REUTERS/Cathal McNaughton/File Photo
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan dunia usaha kini bisa memiliki opsi lain dalam menggunakan mata uang ketika bertransaksi ekspor impor maupun investasi. Khususnya terhadap empat mitra dagang utama, yaitu Jepang, Thailand, Malaysia dan China.

Ini ditandai dengan kesepakatan Bank Indonesia (BI) dan bank sentral di empat negara tersebut dalam penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS).

LCS adalah kerja sama Indonesia dengan sejumlah bank sentral negara lain, yang bertujuan untuk menggunakan mata uang lokal setiap kali berlangsung transaksi perdagangan bilateral dan investasi.

Transaksi di LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.

Selama ini, transaksi tersebut memang menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga menimbulkan risiko ketidakpastian yang cukup tinggi.

Seperti dalam beberapa tahun terakhir, ketika Indonesia ingin menggenjot perekonomian, maka lonjakan impor tidak terhindarkan. Di waktu yang sama Indonesia juga membutuhkan pasokan dolar AS untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang.

Bila ditambah dengan sentimen negatif dari global atau dalam negeri, nilai tukar rupiah sulit untuk dikendalikan alias pelemahan. Meskipun BI tetap berupaya keras mengkondisikan rupiah stabil sesuai fundamentalnya.

Kesepakatan LCS antara Indonesia dengan Jepang, Thailand dan Malaysia sudah berjalan lebih dulu. Pengusaha cukup banyak yang memanfaatkan hal tersebut. Terbaru adalah dengan China.

China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dalam 6 bulan tahun ini, ekspor non migas ke China mencapai US$ 21,2 miliar dan impor US$ 25,2 miliar. Kedua negara telah telah menyelesaikan mekanisme teknis dari pelaksanaan LCS.

"Teknis penunjukkan bank sudah selesai, sampai juga mekanisme teknisnya," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Edisi Juli.

Dalam waktu dekat kalangan dunia usaha sudah bisa memanfaatkan fasilitas tersebut. Sehingga tujuan dari adanya LCS bisa tercapai.

"LCS ini tidak hanya memfasilitasi pembayaran perdagangan melalui LCS yaitu yuan dan rupiah tapi kita arahkan melakukan implementasi berbagai program pendalaman pasar uang sehingga tidak hanya mata uang untuk transaksi tapi bagaimana dari mekanisme ini mendukung transaksi valuta asing rupiah yuan," terangnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berani Lho! RI, Jepang Hingga China Tinggalkan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular