Melemah Tipis saja, Rupiah Bertahan di Bawah Rp 14.500/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2021 15:33
dollar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tidak banyak bergerak melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (23/7/2021), meski harus berakhir melemah.

Rupiah mengalami tekanan akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia, sementara itu dolar AS kini menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentralnya (Federal Reserve/The Fed).

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.490/US$, setelah sempat terdepresiasi hingga ke Rp 14.510/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah bagi rupiah hari ini. Artinya dibandingkan penutupan kemarin, rupiah hanya bergerak 30 poin saja.

Di akhir perdagangan rupiah berada di Rp Rp 14.490/US$, melemah 0,07% di pasar spot.

Rupiah kemarin sebenarnya sangat perkasa, mampu menguat 0,41%. Tetapi kasus Covid-19 yang naik tajam membuatnya hari ini mengendur.

Kemarin, setelah pasar dalam negeri ditutup, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus baru pada hari ini Rabu (21/7/2021) bertambah 49.509 pasien, naik dari hari sebelumnya sebanyak 33.772 orang, yang merupakan yang terendah sejak 6 Juli.

Jika PPKM level 3 dan 4 batal dilonggarkan, tentunya menjadi kabar buruk, perekonomian Indonesia berisiko merosot lagi. Apalagi Bank Indonesia (BI) kemarin saat mengumumkan kebijakan moneter memangkas proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini.

BI memproyeksi PDB RI akan berada dikisaran 3,5%-4,3% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1%.

BI kemarin juga mengumumkan mempertahankan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga bertahan masing-masing 2,75% dan 4,25%.

Kali terakhir BI menurunkan suku bunga acuan adalah pada Februari 2021. Selepas itu, suku bunga selalu ditahan dengan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan utama.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan karena ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dari dampak Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Dolar AS Tunggu Pengumuman The Fed

 

Dolar AS sebenarnya sedang lesu pada perdagangan hari ini, sebabnya perekonomian Paman Sam terlihat mulai mengendur.

Kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan dan dampaknya sudah mulai terlihat di pasar tenaga kerja. Kemarin data klaim tunjangan pengangguran mingguan dilaporkan sebanyak 419.000, jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebanyak 350.000 klaim. Selain itu, rilis tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Mei lalu.

"Data tersebut menunjukkan bukti adanya pelambatan ekonomi," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/7/2021).

"Rilis data tersebut selalu lebih tinggi dari perkiraan, menunjukkan pasar tenaga kerja AS kehilangan momentum. Hal tersebut dapat membuat The Fed (bank sentral AS) memundurkan lagi rencana pengetatan moneter, dan yield obligasi akan menurun," tambahnya.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Juni lalu, The Fed memberikan proyeksi terbaru suku bunga akan naik di tahun 2023, bahkan tidak menutup kemungkinan di tahun depan. Lebih cepat dari sebelumnya yang memproyeksikan kenaikan suku bunga di tahun 2024.

Meski demikian, dengan kondisi perekonomian saat ini, mulai muncul keraguan The Fed akan menaikkan suku bunga tahun depan.

The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pada pekan depan, yang akan menjadi perhatian pelaku pasar. Bahkan sudah diantisipasi sejak saat ini.

Bagaimana pandangan terbaru The Fed terhadap kondisi ekonomi di tengah lonjakan kasus Covid-19, serta apakah masih ada peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) dilakukan di tahun ini akan menjadi perhatian pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular