Semester I-2021

Gegara Inflasi, Laba Bersih Unilever Plc Anjlok Jadi Rp 53 T

tahir saleh, CNBC Indonesia
Kamis, 22/07/2021 19:17 WIB
Foto: unilever.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan 'raksasa' konsumen asal Inggris, Unilever Plc yang sahamnya tercatat di tiga bursa saham global (Amsterdam, London, AS) mengumumkan kinerja semester I-2021 yang mengalami penurunan laba bersih karena adanya kenaikan biaya di tengah pandemi Covid-19.

Berdasarkan data resmi perusahaan yang dilansir AFP, laba setelah pajak Unilever turun 5% menjadi 3,12 miliar euro atau setara dengan US$ 3,68 miliar (sekitar Rp 53,36 triliun, kurs Rp 14.500/US$) dalam 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Jika dengan asumsi kurs euro Rp 17.000, maka laba tersebut setara Rp 53 triliun.

Pendapatan produsen produk makanan, pembersih, dan kecantikan, termasuk es krim Magnum, pembersih permukaan Cif, dan sabun Dove ini tercatat secara rata-rata sebesar 26 miliar euro atau setara dengan Rp 442 triliun (Rp 17.000/euro).


Manajemen menyatakan perusahaan terkena dampak pergerakan nilai tukar, selain juga pengaruh adanya tekanan inflasi karena ekonomi yang dilanda virus Covid-19 yang mengakibatkan adanya penguncian wilayah (lockdown).

"Kami telah melihat biaya inflasi lebih lanjut muncul di kuartal kedua," kata Kepala Eksekutif Unilever Alan Jope, dikutip AFP, Kamis (22/72021).

Manajemen Unilever menyatakan perusahaan masih terpengaruh oleh pandemi Covid-19 kendati tahun lalu mengalami permintaan besar untuk pembersih tangan dan produk pembersih rumah tangga ketika wabah virus corona menyebar.

"Lingkungan operasi di seluruh pasar kami telah mengalami beberapa peningkatan tetapi tetap tidak stabil," kata pernyataan Unilever.

Sahamnya di Bursa London (London Stock Exchange) merosot 5,7% menjadi 40,56 poundsterling per saham di perdagangan tengah hari waktu London setelah pembaruan kinerja semesteran ini.

"Keuntungan grup sedang dipengaruhi oleh kenaikan biaya," kata Direktur Investasi pialang saham AJ Bell, Russ Mould.

"Lonjakan infeksi [Covid] di negara berkembang tidak membantu Unilever mengingat jejak pasar negara berkembang yang kuat," tambahnya.

Foto: Lapkeu 2020 Unilever Plc
Lapkeu 2020 Unilever Plc

Pembaruan laporan keuangan semester I ini dirilis setelah Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada pekan ini memperingatkan Unilever bahwa keputusan yang dilakukan oleh anak perusahaannya, Ben & Jerry's untuk berhenti menjual es krim di wilayah Palestina yang diduduki Israel akan memiliki "konsekuensi berat".

Ben & Jerry's pada Senin lalu menegaskan mengatakan bahwa langkah perusahaan menjual es krim di wilayah Palestina yang diduduki Israel "tidak konsisten dengan nilai-nilai kami", meskipun pabrikan es krim asal AS ini menegaskan mereka masih berencana untuk tetap menjual produknya di Israel.

Unilever menjadi perusahaan yang sepenuhnya milik Inggris setelah pada akhir tahun lalu menyelesaikan merger entitas perusahaan Belanda dan Inggris.

Di Indonesia, Unilever Plc menguasai saham emiten konsumer di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pada perdagangan Kamis ini (22/7), saham UNVR turun 1,95% di Rp 5.025/saham. Saham UNVR hanya menguat 0,70% sebulan dan 3 bulan terakhir turun 20,24% dengan kapitalisasi pasar Rp 192 triliun.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Selain UNVR, Ini 12 Emiten yang Tebar Dividen 100%