Optimistis Capai Target, Elnusa Bidik Beberapa Proyek Baru

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Rabu, 21/07/2021 19:07 WIB
Foto: dok elnusa

Jakarta, CNBC Indonesia - Corporate Secretary PT Elnusa Tbk (ELSA) Ari Wijaya mengungkapkan tingginya konsumsi bahan bakar minyak yang ada di Indonesia masih menjadi potensi besar bagi perusahaan, terutama pada potensi peningkatan produksi. Untuk mencapai rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), ELSA akan fokus pada beberapa segmen hulu migas yang menjanjikan seperti jasa perawatan sumur, distribusi energi, dan operation maintenance.

"Ada beberapa proyek yang dibidik saat ini, meski tidak besar tapi kerannya sudah dibuka. Semoga bisa dikerjakan tahun ini, walau semua tidak bisa selesai paling tidak sebagian ada yang kami kerjakan dan ada beberapa prospek yang menurut kami menjanjikan," kata Ari saat konferensi pers, Rabu (21/7/2021).

Selain itu konsumsi BBM negeri masih lebih tinggi dibandingkan hasil produksi, sehingga masih ada peluang K3S untuk meningkatkan produksinya dan menjadi potensi bagi perusahaan ke depan. Dia mengakui ada beberapa proyek yang tertunda, namun perusahaan tetap berhasil memenangkan beberapa tender mulai dari operation maintenance, logistik energi, dan pengelolaan aset.


Ari mengatakan saat ini realisasi kontrak kerja konsolidasi senilai Rp 6,5 triliun hingga Juni 2021, jumlah ini setara dengan 75% dari RKAP 2021. Meski hampir mencapai target 2021, ELSA belum memiliki rencana untuk menaikan target hingga akhir tahun.

"Kami harus realitis bahwa kondisi saat ini masih belum membaik buat kami, harga minyak naik tetapi tidak serta merta memberikan dampak pada project bagi Elnusa. Kami berupaya memenuhi RKAP kami semoga masih bisa dengan sisa waktu ini kami bisa mengejar target," ujarnya.

Meski tidak ada kenaikan target, dia optimistis RKAP 2021 dapat tercapai. "Memang nature bisnisnya, tender Juli-Agustus bisanya tahun depan baru dapat dikerjakan. Kami realistis paling tidak sesuai dengan RKAP yang ditargetkan di awal tahun," tambahnya.

Perusahaan juga sedang bersiap melakukan kajian dan studi kelayakan dalam pengelolaan depo dengan skema Build Operate Transfer (BOT). ELSA diberikan waktu 10 tahun untuk membangun dan kemudian akan ditransfer kepada Pertamina dan menjadi salah satu peluang.

Beberapa strategi yang dilakukan perusahaan yakni melakukan penghematan biaya dan investasi yang dilakukan secara selektif. Menurutnya dengan cost efisiensi, jika pendapatan masih sama dengan tahun lalu maka laba tetap akan naik karena marginnya bisa lebih tinggi.

"Untuk net profit margin kami masih struggling dan kami akan lakukan cost efisiensi. Sehingga jika pendapatan tetap dan biaya bisa dikurangi, maka net profit akan terjungkit naik. Kami akan melihat proyek per proyek, mana yang bisa molor dan menaikan cost kemudian akan dibahas pada rapat manajemen," ujar Ari.

Sebelumnya, ELSA juga memutuskan untuk membagikan dividen tunai senilai Rp 74,72 miliar kepada pemegang sahamnya, atau setara 30% dari total laba di tahun 2020 senilai Rp 249,08 miliar. Dengan begitu jumlah dividen per saham yang dibagikan senilai Rp 10,239.

Selain itu penggunaan laba juga digunakan untuk cadangan wajib sebesar 4% atau senilai Rp 9,96 miliar, dan saldo laba ditahan sebesar Rp 164,39 miliar atau 66%. Ali mengatakan cadangan wajib ditetapkan 4% karena perusahaan telah memenuhi cadangan wajib yang harus dicadangkan, sehingga tahun ini penetapannya pada nilai tersebut.

"Kami memberikan apresiasi dan kompensasi atas kinerja perseroan tahun 2020 meskipun aba terkoreksi di 2020, namun kami berusaha memberikan deviden yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya," kata Direktur Utama Elnusa Ali Mundakir saat RUPS.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Genjot Laba & Produksi , Investasi Hulu Migas Elnusa Naik 20%