Jeblok Lagi! Dolar Australia "Tenggelam" Lawan Rupiah di 2021
Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona benar-benar "memakan" dolar Australia dalam beberapa bulan terakhir. Bagaimana tidak, pada pertengahan April lalu, dolar Auastralia berada di level tertinggi nyaris 7 tahun terakhir melawan rupiah di kisaran Rp 11.330/AU$. Tetapi, kini dolar Australia justru nyungsep ke level terendah dalam 6 bulan terakhir.
Pada pukul 10:19 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.626,58/US$, dolar Australia melemah 0,11% di pasar spot, melansir dara Refinitiv. Sebelumnya di pekan ini dolar Australia sempat menyentuh Rp 10.590/AU$ yang merupakan level terendah sejak 21 Desember tahun lalu. Artinya, sepanjang 2021, dolar Australia yang sebelumnya berjaya berbalik tenggelam.
Data terbaru yang dirilis dari Australia menunjukkan bagaimana dampak kembali menyebarnya virus corona. Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel bulan Juni merosot 1,8% dari bulan sebelumnya. Penurunan tersebut menjadi yang pertama dalam 7 bulan terakhir, dan lebih tajam ketimbang prediksi penurunan Reuters sebesar 0,5%.
Di akhir Mei lalu, beberapa kota besar di Negara Bagian Victoria kembali menerapkan lockdown guna meredam penyebaran terbaru virus corona. Hal tersebut berdampak pada merosotnya penjualan ritel.
Sebelumnya, optimisme para pebisnis juga terpukul. National Australia Bank (NAB) pada pekan lalu melaporkan indeks keyakinan bisnis Australia turun menjadi 11 di bulan Juni dari bulan sebelumnya 20.
Indeks tersebut menggunakan angka 0 sebagai ambang batas. Di atasnya atau angka positif berarti optimistis, sementara di bawah 0 atau negatif berarti para pebisnis sedang pesimistis.
"Penurunan indeks keyakinan bisnis terjadi di seluruh negara bagian, dan yang paling drastis di negara bagian Victoria akibat lockdown di akhir Mei, meski sudah dilonggarkan dalam beberapa tahap di bulan Juni," kata NAB, Selasa (13/7/2021).
Selain itu, mayoritas para ekonom kini memprediksi produk domestik bruto (PDB) Australia akan merosot di kuartal III-2021. Jika itu terjadi, maka PDB Australia akan mengalami kontraksi lagi setelah kali terakhir terjadi pada kuartal II-2020 lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)