
Seandainya Tidak Libur, Rupiah Bisa Saja Balik Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia libur Hari Raya Idul Adha pada Selasa (20/7/2021). Seandainya tidak libur, ada peluang rupiah berbalik menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Hal tersebut terindikasi dari pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Kabar baik sebenarnya datang dari dalam negeri, kasus penyakit virus corona menunjukkan tren penurunan dalam 4 hari terakhir. Kemarin, Data Kementerian Kesehatan RI mencatat kasus positif bertambah 34.257 orang, turun jauh dari hari sebelumnya sebanyak 44.721 orang, dan rekor tertinggi 56.757 orang yang tercatat pada Kamis pekan lalu.
Angka kasus positif kemarin juga merupakan yang terendah sejak 8 Juli. Meski demikian, masih belum ada pengumuman resmi apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)Darurat akan diperpanjang atau tidak.
PPKM Darurat berlangsung sejak 3 hingga 20 Juli. Artinya hari ini adalah hari terakhir, dan masih belum ada pengumuman apakah akan diperpanjang atau dihentikan.
Sementara itu, dolar AS juga sedang galau menanti kejelasan kapan tapering akan dilakukan.
Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell berulang kali meredam spekulasi tapering akan dilakukan di tahun ini.
Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee pada pekan lalu, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya. Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.
Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai.
Namun di sisi lain, Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mengindikasi tapering bisa terjadi di tahun ini. Ia mengatakan perlu melihat perbaikan pasar tenaga lebih lanjut, untuk memulai tapering. Dan menurutnya perbaikan tersebut akan tercapai di tahun ini.
"Melihat beberapa bulan terakhir, pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat dari yang saya perkirakan. Saya akan bilang masih ada beberapa hal yang perlu dinilai untuk mencapai kemajuan substansial yang kita perlukan untuk merubah kebijakan moneter kami," kata Evans, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (15/7/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021