
FYI, Sentimen Terhadap Rupiah Membaik Saat PPKM Darurat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia libur Hari Raya Idul Adha pada hari ini, Selasa (20/7/2021). Meski demikian, rupiah masih diperdagangkan di pasar non-deliverable forward (NDF) di luar negeri. Melihat pergerakannya di pasar tersebut, posisi rupiah lebih baik ketimbang pagi tadi. Apalagi, sentimen terhadap rupiah sebenarnya cukup bagus, dan sukses membukukan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu.
Artinya, jika pasar Indonesia tidak libur, rupiah akan mampu memangkas pelemahan, meski belum mampu untuk menguat. Sebab, posisi di kurs NDF siang ini masih lebih lemah ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.
Periode | Kurs 19 Juli (15:05 WIB) | Kurs 20 Juli (07:00 WIB) | Kurs 20 Juli (11:28 WIB) |
1 Pekan | Rp14.534,30 | Rp14.602 | Rp14.586,6 |
1 Bulan | Rp14.587 | Rp14.643,75 | Rp14.636,7 |
2 Bulan | Rp14.641 | Rp14.702,50 | Rp14.694,8 |
3 Bulan | Rp14.693 | Rp14.761,25 | Rp14.754,3 |
6 Bulan | Rp14.849 | Rp14.919,50 | Rp14.914,7 |
9 Bulan | Rp14.989 | Rp15.042,50 | Rp15.050,3 |
1 Tahun | Rp15.153,50 | Rp15.222,75 | Rp15.233,6 |
2 Tahun | Rp 15.857,8 | Rp15.754 | Rp15.795,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Kabar baik sebenarnya datang dari dalam negeri, kasus penyakit virus corona menunjukkan tren penurunan dalam 4 hari terakhir. Kemarin, Data Kementerian Kesehatan RI mencatat kasus positif bertambah 34.257 orang, turun jauh dari hari sebelumnya sebanyak 44.721 orang, dan rekor tertinggi 56.757 orang yang tercatat pada Kamis pekan lalu.
Angka kasus positif kemarin juga merupakan yang terendah sejak 8 Juli. Meski demikian, masih belum ada pengumuman resmi apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat akan diperpanjang atau tidak.
PPKM Mikro Darurat berlangsung sejak 3 hingga 20 Juli. Artinya hari ini adalah hari terakhir, dan masih belum ada pengumuman apakah akan diperpanjang atau dihentikan. Sinyal perpanjangan sudah muncul sejak pekan lalu, pertama kali tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
"PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan," tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).
Kemudian Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy sempat mengungkapkan bahwa PPKM Darurat akan diperpanjang hingga akhir Juli 2021.
"Rapat kabinet terbatas yang saya ikuti waktu saya di Sukoharjo sudah diputuskan bapak Presiden dilanjutkan sampai akhir Juli," kata Muhadjir akhir pekan lalu.
Pengumuman perpanjangan atau tidaknya PPKM Mikro Darurat tentunya akan mempengaruhi pergerakan rupiah Rabu besok. Meski demikian, sebenarnya ada kabar baik bagi rupiah.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Terhadap Rupiah Membaik Saat PPKM Mikro Darurat
Saat PPKM Mikro Darurat dilakukan, sentimen terhadap rupiah justru membaik. Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Dalam survei tersebut, posisi jual (short) rupiah menurun dibandingkan dua pekan lalu.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
![]() |
Survei terbaru yang dirilis Kamis (16/7/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,23, lebih baik dari 2 pekan lalu 0,36%.
Dibandingkan mata uang lainnya, hanya sentimen terhadap rupiah yang membaik. Won Korea Selatan yang dua pekan lalu spekulan masih mengambil posisi beli (long) dengan angka -0,29, tetapi dalam survei terbaru berbalik menjadi jual (short) dengan angka 0,27%. Hal yang sama juga terjadi terhadap dolar Taiwan.
Dari 9 mata uang yang disurvei Reuters, hanya yuan China yang masih mendapat posisi long, meski menurun menjadi -0,15 dari sebelumnya -0,29.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021