
Wall Street Rontok! Untung Bursa RI Libur...

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Bukan sekadar melemah, tetapi koreksinya cukup dalam.
Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup di 33.962,04, anjlok 2,09%. Sementara S&P 500 finis di 4.258,49 (-1,59%) dan Nasdaq Composite berakhir di 14.274,98 (-1,06%).
Sebenarnya perdagangan berlangsung semarak, dengan volume yang melibatkan 12,02 miliar unit saham. Jauh lebih banyak ketimbang rerata 20 hari perdagangan terakhir yaitu 10,17 miliar unit saham. Namun transaksi yang ramai adalah jual, bukan borong.
Saat tiga indeks utama di Wall Street ambles, indeks VIX (yang menggambarkan volatilitas di pasar) malah melonjak. Indeks ini berada di 22,5, meroket 21,95%.
Apa yang membuat bursa saham New York kalang kabut?
"Sebagian besar karena varian delta," ujar Paul Nolte, Portfolio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, virus SARS CoV-2 kini sudah hadir dengan varian-varian baru yang lebih mudah menular. Ini membuat penyakit yang diakibatkan oleh virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kembali menyebar, bahkan di Negeri Paman Sam yang sempat aman.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di AS per 18 Juli 2021 adalah 33.723.155 orang. Bertambah 40.553 orang dari hari sebelumnya, penambahan kasus harian tertinggi sejak 9 Mei 2021.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 24.637 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 12.733 orang setiap harinya.
Oleh karena itu, sejumlah wilayah kembali menerapkan kewajiban memakai masker bagi warga yang beraktivitas di dalam maupun luar ruangan. Misalnya di Los Angeles, warga kembali harus memakai masker meski sudah mendapat vaksinasi.
"Saya tidak senang kami harus kembali memakai masker. Namun apa boleh buat, ini untuk menyelamatkan nyawa. Saat ini, itu yang paling penting," kata Hilda Solis, Pengawas Wilayah Los Angeles, seperti dikutip dari US News.
Sebelumnya, ekonomi AS sempat bersemi karena pandemi sudah lebih terkendali. Namun kehadiran mutasi delta dari virus corona membuat pandemi kembali 'menggila', mengancam nyawa dan perekonomian Negeri Adidaya.
"Ada kekhawatiran bahwa aktivitas ekonomi tidak bisa dibuka secepat yang diperkirakan sebelumnya. Booming ekonomi yang kita harapkan mungkin cuma menjadi letupan kecil. Ternyata jalan kita masih panjang," tambah Nolte.
Saham-saham emiten yang terpukul akibat pandemi kembali ambles. Indeks saham penerbangan di S&P 500 melemah 3,8% sementara indeks saham hotel dan restoran terkoreksi 2,7%.
Hari ini, pasar keuangan Indonesia tutup memperingati Idul Adha. Andai buka, maka Indeks Harga Saham Gabungan mungkin akan mengikuti jejak Wall Street. Karam...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar