Bursa Asia Ambruk! Hang Seng-STI-Nikkei Paling Parah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
19 July 2021 17:03
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup berjatuhan pada perdagangan Senin (19/7/2021), menyusul kekhawatiran seputar pandemi, inflasi, dan harga minyak mentah dunia.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,25% ke level 27.652,74, Hang Seng Hong Kong ambruk 1,84% ke 27.489,78, Shanghai Composite China turun tipis 0,01% ke 3.539,12, Straits Times Singapura ambrol 1,3% ke 3.111,20, KOSPI Korea Selatan anjlok 1% ke 3.244,04, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,91% ke 6.017,39.

Dari Jepang, penyelenggara Olimpiade Tokyo pada Minggu (18/7/2021) kemarin melaporkan bahwa terdapat atlet yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Kita bisa melihat cluster dari Olimpiade dan kemudian akan lebih banyak terjadi di Tokyo. Hal itu dapat menyebabkan ketidakstabilan politik di Jepang," kata Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management, dilansir dari Reuters.

Tak hanya di Asia yang kini sedang dihadapkan dengan bahayanya virus varian Delta, lonjakan kasus virus corona (Covid-19) juga terjadi di beberapa negara dengan tingkat vaksinasi yang cepat seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS).

"Makro Asia terus menghadapi banyak hambatan, salah satunya pandemi Covid-19 varian Delta" kata analis dari Deutsche Bank dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Selain itu, koreksi bursa Asia terjadi setelah pertemuan forum organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat menghentikan pemangkasan produksi minyak mentah yang kini di level 5,8 juta barel per hari (bph).

OPEC+ terdiri dari negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), Rusia dan sekutunya. Mereka tahun lalu sepakat memangkas produksi minyak hingga 9,7 juta barel/hari sampai dengan akhir 2022.

Dengan berakhirnya kesepakatan pemangkasan, produksi minyak kembali normal sehingga pasar akan dibanjiri suplai. Harga minyak dunia jenis Brent drop 1,35% menjadi US$ 72,6 per barel, sementara harga kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) drop 1,41% ke US$ 70,8/barel.

Sepanjang tahun ini, harga minyak jenis Brent telah melesat lebih dari 40%, seiring dengan lonjakan permintaan menyusul pemulihan ekonomi dunia dari pandemi.

Dari AS, pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell di depan menyatakan belum akan mengubah kebijakan moneternya menjadi ketat, dan memperkirakan inflasi di Negara Adidaya itu akan melandai.

Walaupun begitu, kekhawatiran pasar global akan inflasi di AS masih membayangi gerak pasar, di mana inflasi Juni melesat mencapai 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Secara terpisah, indeks sentimen konsumen yang dirilis Universitas Michigan menunjukkan bahwa konsumen percaya harga barang akan naik 4,8% tahun depan, atau tertinggi sejak Agustus 2008.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular