Digantung Nasib PPKM Mikro Darurat, Rupiah Akhirnya Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 July 2021 16:35
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sejak pekan lalu, isu perpanjangan PPKM Mikro Darurat yang seharusnya berakhir 20 Juli terus membayangi pergerakan pasar finansial Indonesia, termasuk rupiah. Maklum saja, perpanjangan PPKM Mikro Darurat tentunya berisiko menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

Meski demikian, ada kabar baik. Penambahan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) menurun dalam 3 hari terakhir. Kemarin, jumlah kasus positif dilaporkan sebanyak 44.721 orang, turun jauh dari rekor tertinggi 56.757 orang pada Kamis pekan lalu.

Isu perpanjangan PPKM Mikro Darurat sebelumnya tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan," tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).

Kemudian Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy sempat mengungkapkan bahwa PPKM Darurat akan diperpanjang hingga akhir Juli 2021.

Namun, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan Sabtu lalu mengatakan PPKM Mikro Darurat masih dalam tahap evaluasi, dan aka nada pengumuman resmi hari ini atau besok.

"Saat ini kami evaluasi PPKM Darurat dengan jangka waktu dan apakah dibutuhkan perpanjangan lebih lanjut. Kami akan melaporkan kepada Bapak Presiden dan dalam 2-3 hari ke depan kita akan mengumumkan secara resmi "ujar Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dalam konferensi pers, Sabtu (17/7/2021).

Sementara itu dolar AS juga masih galau akan kapan waktu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) The Fed. Tingginya inflasi di AS membuat banyak pelaku pasar memprediksi tapering akan dilakukan di tahun ini.

Tingginya inflasi di AS sudah "memakan" korban, sentimen konsumen di AS merosot di bulan ini. Indeks keyakinan konsumen yang dirilis University of Michigan (UoM) menunjukkan angka 80,8 turun yang merupakan level terendah dalam 5 bulan terakhir, dan turun dari bulan Juni 85,5.

Maklum saja, inflasi yang tinggi tentunya bisa memukul daya beli warga AS, dan berisiko menahan laju pemulihan ekonomi.

Namun, The Fed masih tetap pada pendiriannya jika inflasi yang tinggi hanya sementara. Alhasil, terjadi kebingungan di pasar mengenai kapan tapering akan dilakukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular