Sentimen Pekan Depan

Sentimen-Sentimen Ini Bisa Bikin Pasar Goyang Pekan Depan!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 July 2021 20:15
BEI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ini menguat 0,54% ke level 6.072,51. Untuk sepekan ke depan, aroma moneter dan pandemi bakal menjadi sentimen mayor yang menggerakkan pasar di dunia, termasuk Indonesia.

Sepanjang pekan depan, beberapa data dan agenda nasional dan global telah menanti. Beberapa indikator ekonomi dari AS kemungkinan meniupkan aroma kecemasan, sehingga pelaku pasar perlu bermain lebih aman. Harga komoditas pun berpeluang bergejolak.

Sentimen pertama yang menerpa pasar pekan depan adalah pertemuan forum OPEC+ yang mendadak digelar secara virtual pada Minggu malam ini, untuk memutuskan nasib penambahan produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph).

OPEC+ terdiri dari negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), Rusia dan sekutunya. Mereka tahun lalu sepakat memangkas produksi minyak 9,7 juta barel/hari hingga akhir 2022, tetapi kini faktanya hanya di angka 5,8 juta bph karena perekonomian mulai dibuka dan permintaan minyak dunia meningkat.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang sempat berseteru terkait besaran produksi minyak yang akan dinaikkan (setidaknya 2 juta bph), dikabarkan mencapai titik temu dengan membiarkan jatah pemangkasan UEA menjadi 3,65 juta bph, dari sebelumnya 3,168 juta bph.

Jika kesepakatan dicapai untuk menggelontorkan 2 juta bph minyak tambahan ke pasar dunia, maka koreksi harga minyak dunia akan terjadi pada Senin, yang akan berujung pada koreksi saham-saham minyak dan gas.

Pada Selasa, bursa nasional akan libur memperingati Hari Raya Idul Adha. Namun, pelaku pasar harus tetap memasang telinga terhadap sentimen kedua, yakni pengumuman berlanjut-tidaknya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Kementerian Kesehatan menyatakan angka kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 44.721 atau menurun dibandingkan dengan penambahan kasus kemarin sebanyak 51.952 kasus. Dengan demikian, akumulasi kasus positif secara nasional mencapai 2.877.476.

Jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 29.264 orang, sehingga secara akumulasi tingkat kesembuhan dialami oleh 2.261.658 orang. Angka kematian pun relatif flat, sebanyak 1.093 jiwa, dibandingkan dengan angka kematian kemarin sebanyak 1.091 jiwa.

Artinya, PPKM Darurat belum efektif menekan penyebaran virus Corona, karena target kasus baru Covid-19 yang dipatok pemerintah sebanyak 10.000/hari masih jauh panggang dari api. Pandemi masih belum terkendali!

Selanjutnya, sentimen ketiga yang patut dicermati adalah fenomena atau misteri pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun. Yield US Treasury acuan pasar itu turun di 1,3003% (Jumat kemarin), yang berarti harga meningkat.

Fenomena ini agak aneh karena dalam kondisi normal, inflasi tinggi memicu kenaikan yield sebagai konsekuensi aksi jual di pasar SBN. Namun, tatkala inflasi AS per Juni mencapai 5,4% secara tahunan, menjadi kenaikan tertinggi dalam 13 tahun terakhir, pelaku pasar malah memborong SBN.

qSumber: CNBC International

Hal ini mengindikasikan mereka sedang mengkhawatirkan sesuatu, sehingga aset dengan premi risiko tinggi seperti saham dihindari dan mengoleksi SBN yang imbal hasilnya lebih kecil dari inflasi. Berbarengan dengan pelemahan yield US Treasury, indeks S&P 500 pekan lalu anjlok nyaris 1% sementara Dow Jones melemah 0,5%. Nasdaq juga drop, sebesar 1,9%.

Jika imbal hasil terus turun, pelaku pasar akan melakukan aksi jual di bursa saham Wall Street, yang aroma kepanikannya juga akan mendorong investor di seluruh dunia melakukan penjualan, sembari memantau keadaan.

Perhatikan juga sentimen keempat dari rilis data minyak Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis di AS Rabu nanti. Dalam rilis sebelumnya, stok bensin meningkat 1 juta barel, sementara stok minyak mentah turun 7.9 miliar. Ini mengindikasikan bahwa aktivitas kilang semakin meningkat.

Jika terindikasi stok minyak mentah dan BBM menumpuk, ada potensi koreksi lanjutan di saham energi karena mengindikasikan aktivitas transportasi belum pulih. Harap dicatat, 89% penyerapan minyak di negara berekonomi terbesar dunia ini terjadi di sektor transportasi.

Pada Kamis, Bank Indonesia (BI) menjadi sumber sentimen kelima, dengan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang salah satu keputusan utamanya adalah penentuan suku bunga acuan, apakah akan dipertahankan di level sekarang sebesar 3,5% atau diubah. Sejauh ini, Tradingeconomics memproyeksikan BI masih bermain aman di angka 3,5% itu.

Sentimen mayor terakhir muncul dari AS, dengan rilis data klaim tunjangan pengangguran baru pada Kamis waktu setempat, yang akan mempengaruhi sentimen bursa di Indonesia pada Jumat. Polling Reuters memperkirakan klaim tunjangan pengangguran sepekan ini akan berada di angka 350.000 unit, atau sedikit lebih baik dari posisi sepekan lalu sebesar 382.500 klaim.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular