Q1: SBN RI Diobral Asing Rp 23 T, Yield Langsung Melambung

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 April 2021 16:00
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan imbal hasil (yield) nominal surat utang pemerintah AS jangka panjang bertenor 10 tahun membuat yield surat berharga negara (SBN) Indonesia juga ikut terkerek naik.

Per 31 Maret 2021 yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat menyentuh level 1,75% dan SBN dengan tenor yang sama menyentuh level 6,8%. Akhir tahun lalu keduanya masing-masing masih berada di level 0,92% dan 5,95%.

Artinya di sepanjang kuartal pertama tahun 2021, ada kenaikan imbal hasil sebesar 86,5 basis poin (bps) untuk SBN tenor 10 tahun dan 82,9 bps untuk US Treasury. Naiknya yield mencerminkan koreksi pada harga. 

Harga obligasi pemerintah RI yang turun juga diakibatkan oleh turunnya posisi kepemilikan SBN oleh investor asing. Per 29 Maret 2021, kepemilikan asing tercatat sebesar Rp 950.28 triliun atau setara dengan 22,8% dari total kepemilikan SBN. 

Kepemilikan asing menurun dibanding akhir Desember 2020 yang sebesar Rp 974 triliun atau setara dengan 25,2% dari total kepemilikan. Artinya ada aliran dana asing yang keluar ke pasar obligasi sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 23,6 triliun.

Baik SBN maupun US Treasury keduanya merupakan kelas aset yang sama, pergerakan harga maupun yield-nya memiliki korelasi yang positif, sehingga naiknya yield di AS akan berakibat pada kenaikan yield di Indonesia.

Di AS, prospek perekonomian yang lebih kinclong membuat harga obligasi terkoreksi. Namun di saat yang sama imbal hasil aset minim risiko ini masih lebih tinggi daripada dividen yang diberikan oleh S&P 500 yang hanya 1,5%. Inilah yang juga mengakibatkan pasar saham ikut ambruk. 

Di dalam negeri hubungan antara obligasi dan harga saham juga berlawanan arah. Artinya jika terjadi kenaikan yield maka harga saham cenderung menurun seperti yang terjadi belakangan ini. 

Kenaikan yield berarti borrowing cost menjadi lebih mahal sehingga bisa menggerus profitabilitas emiten yang menerbitkan obligasi. Di sisi lain yield yang terus menguat juga membuat biaya peluang memegang aset lain seperti saham yang berisiko menjadi meningkat sehingga kurang menarik. 

Kendati ada kenaikan yield untuk surat utang pemerintah RI, lembaga pemeringkat utang global yakni Fitch Ratings mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat "BBB" (investment grade) dengan outlook stabil pada 19 Maret 2021.

Afirmasi peringkat ini didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang membaik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah. Fitch memperkirakan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia akan membaik seiring dengan stimulus kebijakan ekonomi dan digenjotnya vaksinasi.

Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih secara bertahap. Produk Domestik Bruto (PDB) RI diramal tumbuh 5.3% pada 2021 dan 6% pada 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Volatilitas Global Bagi Daya Tarik Pasar Obligasi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular