Bayar Utang Anak Usaha, Tower Bersama Rilis Obligasi Rp 1,2 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2021 senilai Rp 1,2 triliun.
Obligasi ini merupakan bagian pertama dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan V dengan nilai total Rp 15 triliun.
Berdasarkan prospektus di media massa pada Jumat (16/7), obligasi ini akan diterbitkan dalam dua seri. Seri A akan diterbitkan dengan tenor 370 hari sedangkan Seri B memiliki tenor 3 tahun. Namun besaran dan kuponnya belum ditentukan.
Perseroan mempercayakan penjamin pelaksana emisi obligasi yakni PT CIMB Niaga Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT UOB Kay Hian Sekuritas, dengan wali amanat PT Bak Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Terkait jadwal penerbitan emisi, masa penawaran awal akan dilakukan pada 16-30 Juli 2021. Perkiraan tanggal efektif 9 Agustus 2021, masa penawaran umum pada 12 dan 13 Agustus 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 20 Agustus 2021.
Rencananya dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi akan dipinjamkan kepada PT Solu Sindo Kreasi Pratama (SKP) yang merupakan anak usaha, untuk melakukan pembayaran sebagian kewajiban keuangan yang akan jatuh tempo pada Januari 2025.
Kewajiban tersebut berupa fasilitas pinjaman revolving sebesar US$ 375 juta atau Rp 5,4 triliun (kurs Rp 14.500/US$) yang dibayarkan melalui United Overseas Bank sebagai agen.
Sebelumnya sempat dikabarkan dua investor terbesar TBIG sedang dalam tahap penjajakan penjualan saham TBIG dengan nilai transaksi jumbo. Dua investor tersebut yakni perusahaan private equity, Provident Capital Indonesia dan anak usaha Saratoga yakni Wahana Anugerah Sejahtera.
Bloomberg melaporkan Provident Wahana disebut telah meminta proposal kepada bank tentang kemungkinan transaksi saham ini menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Seperti diketahui, mengacu struktur kepemilikan saham TBIG terbesar, efektif sampai dengan 30 April 2021, Wahana menggenggam kepemilikan sebesar 34,23% saham TBIG. Kemudian, Provident Capital Indonesia memiliki 22,22%, sisanya pemegang saham publik 39,01% dan saham treasuri 4,52%.
Nilai transaksi penjualan ini menurut Bloomberg berpotensi mencapai Rp 43,5 triliun atau sekitar US$ 3 miliar. Tower Bersama saat ini memiliki nilai kapitalisasi pasar sekitar U$ 5,3 miliar atau senilai Rp 76,58 triliun berdasarkan hitungan Bloomberg.
"Dengan valuasi US$ 3 miliar, penjualan saham jika berhasil akan menjadi kesepakatan terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2021, setelah merger senilai US$ 7,5 miliar antara perusahaan e-commerce PT Tokopedia dan perusahaan ride-hailing dan pembayaran Gojek," tulis laporan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Catharina Latjuba, Head of Corporate Communications Saratoga Investama Sedaya, mengatakan pihaknya tidak mengetahui akan rencana transaksi tersebut akan tetapi perseroan terus melakukan review terhadap portofolio dan peluang-peluang investasi baru.
"Saat ini kami tidak aware mengenai rencana Saratoga menjual saham TBIG. Sebagai perusahaan investasi aktif terkemuka di Indonesia, Saratoga memilik berbagai portofolio bidang usaha yaitu konsumen, infrastruktur, sumber daya alam dan lainnya," kata Chatarina, dalam emailnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/7).
"Secara teratur Saratoga melakukan review terhadap seluruh portofolio investasi serta terus melihat peluang-peluang investasi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders kami," tegasnya.
Mengacu situs perusahaan, TBIG didirikan pada tahun 2004. Tower Bersama menyewakan ruang di menara telekomunikasi untuk antena dan peralatan nirkabel lainnya.
Perusahaan melaporkan laba bersih yang disesuaikan sekitar Rp 1 triliun pada tahun 2020, meningkat 17,6% dari Rp 820 miliar pada tahun sebelumnya.
Mitra pendiri Provident Capital Hardi Wijaya Liong adalah CEO Tower Bersama, dan Presiden Komisaris Saratoga Group Edwin Soeryadjaya adalah presiden komisaris perusahaan infrastruktur tersebut.
Edwin mendirikan Saratoga bersama dengan mitranya, Sandiaga Salahuddin Uno yang kini menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
(tas/tas)