Rights Issue & Holding Ultra Mikro, Apresiasi Positif BBRI
Jakarta, 16 Juli 2021 - Apresiasi positif dari investor terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan berlangsung secara bertahap, seiring dengan rights issue dan pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) yang dapat menghadirkan layanan one stop service.
Hal itu diproyeksikan oleh Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee. Dia pun melihat kedua aksi korporasi yang dilakukan bank berkode saham BBRI tersebut semakin memperkuat optimisme dari investor.
"Rencana pembentukan holdingnya bagus. Tentu banyak potensi bisnis bagus bisa didapat oleh holding (ketiga perseroan yang terlibat) termasuk BRI. Tapi untuk target harga saya perkirakan di kisaran Rp4.350," katanya di Jakarta, Jumat (16/7/2021).
Dia memproyeksikan pada tahun ini posisi saham BBRI akan terkerek ke nilai Rp 4.350. Adapun harga BBRI akhir akhir ini bergerak di kisaran Rp3.800 dengan price to book value (PBV) di 2,37 kali.
Seperti diketahui, Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2021 sebagai payung hukum holding BUMN UMi telah terbit. Tiga entitas BUMN yang terlibat dalam holding tersebut yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI sebagai induk holding, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Masyarakat Madani (Persero) atau PNM.
Di sisi lain, Hans pun menjelaskan kinerja keuangan anggota holding yakni BRI, Pegadaian, dan PNM sangat baik. Tren kinerja pembiayaan dinilainya masih positif meskipun menghadapi tantangan pandemi. Masing-masing perseroan pun masih mampu membukukan laba.
Selain membawa manfaat untuk ketiga perseroan dan investor, Hans juga menekankan keuntungan holding yang akan banyak diraih pelaku UMKM dan UMi. Pelaku usaha di segmen tersebut akan mendapat layanan produk yang lebih beragam atau "one stop service" dengan semakin mudah dan efisien.
Karena itu, dengan proses holding BUMN UMi yang hampir rampung diperkirakan akan lebih meningkatkan kualitas bisnis segmen ultra mikro ketiga perseroan. Hal itu akan terdorong oleh potensi integrasi data.
Sehingga ke depan akan membuka banyak potensi bisnis baru di segmen ultra mikro sekaligus memitigasi risiko yang mungkin dihadapi. Menurutnya BRI memiliki sistem dan teknologi informasi yang mumpuni.
Dengan bisnis pembiayaan yang relatif sama dari ketiga perseroan, yakni menyasar segmen UMKM, maka kombinasi data ketiga perusahaan akan menjadi lebih baik untuk mengakomodir kebutuhan pembiayaan. "Apalagi, saat ini memang zamannya digital banking. Data yang baik, akan membuat scoring pembiayaan lebih presisi," imbuh Hans.
Selanjutnya, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengamini Hans, bahwa ekosistem usaha masyarakat kecil akan semakin kuat, tersokong integrasi potensi ketiga BUMN tersebut.
Lebih jauh dia menilai kehadiran holding BUMN UMi akan menjadi momentum untuk membuat integrasi ekosistem close loop antara pelaku usaha di sektor UMi dan UMKM dengan perusahaan besar. Holding kata dia, akan menjadi wadah dari ekosistem tersebut.
Selain untuk pemberdayaan sektor usaha UMi dan UMKM, dengan ekosistem close loop juga akan menciptakan pasar serta peluang belajar yang lebih besar lagi bagi usaha-usaha yang dimiliki wong cilik. "Kalau model bisnisnya sudah loop itu sudah bisa terjadi itu sangat dimungkinkan [peningkatan kinerja]. Holding dapat mendorong integrasi tersebut," katanya.
Ekosistem close loop memungkinkan iklim usaha yang saling terkoneksi dan menguatkan dari hulu hingga hilir. Sehingga ke depan pelaku usaha tak akan kesulitan dengan akses permodalan, rantai pasok hingga pemasaran.
Menurut Aviliani, Pegadaian dan PNM memiliki kemampuan untuk memberikan pembiayaan sekaligus pendampingan pada segmen pelaku mikro yang masih unbankable dan unfeasible. Di sisi lain, BRI sebagai induk holding memiliki kemampuan untuk dapat membuat usaha-usaha masyarakat kecil naik kelas.
Tentunya dengan pembiayaan yang lebih murah dengan skema kredit dan program kredit usaha rakyat (KUR) pemerintah. Selain itu, Aviliani menyampaikan holding akan menjadi momentum untuk mengoptimalkan likuiditas dari BRI.
Adapun Pegadaian dan PNM tidak perlu repot lagi mengandalkan penyertaan negara atau penerbitan surat utang untuk ekspansinya. Bank BRI memiliki dana masyarakat yang dapat digunakan dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan dengan mekanisme pasar.
Bahkan Pegadaian dan PNM juga dapat membantu BRI menghimpun lebih banyak dana masyarakat di sektor usaha ultra mikro untuk menjadi nasabah bank dengan jaringan terluas di Tanai Air tersebut. Dengan adanya integrasi dan saling memperkuat peran masing-masing perseroan, diharapkan akan bisa lebih mengoptimalkan pemberdayaan yang menjadi solusi dalam menyokong perekonomian nasional.
"Tapi tetap nanti kinerja ekonomi riil dan penanganan pandemi ini menjadi kunci utama dalam jangka pendek ini," imbuhnya.
(yun/yun)